07. Modus

2.1K 361 125
                                    

〰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matahari Jakarta mulai turun dari tahtanya, jarum jam terus berputar tak kenal lelah membuat Felix yang sedari pagi hanya duduk di ruangan melakukan konseling pada setiap pasien yang datang entah sudah keberapa kalinya ia menghela napas lelah.

15.20

Ah, Jakarta. Lihatlah pemuda manis itu, ia melupakan jam makan siangnya. Sebenarnya ia punya tiga puluh menit untuk beristirahat, namun Felix tetaplah seseorang dengan hati malaikat. Ia rela tak beristirahat hanya untuk mendengarkan tangis pasiennya selama dua jam lebih.

Dan sekarang, perut Felix sedang berteriak meminta untuk diisi. Namun, ia terlalu malas untuk berjalan menuju cafetaria rumah sakit.

Tok tok!

Felix menatap horor pintu ruangannya. Tidak, ia belum siap melakukan konseling lagi. Kepalanya pusing butuh penyegaran, melihat wajah Changbin sepertinya akan membuatnya kembali bersemangat, eh.

"Felix, boleh aku masuk?"

Itu, suara Kak Abin!

"Masuk aja Kak."

Felix menegakkan kembali tubuhnya yang semula menyandar lemas. Tak lupa wajah mungil itu kembali mematri raut cerianya.

Pintu itu terbuka, menampilkan sosok Changbin yang terlihat lebih segar dengan seragam perawatnya yang rapi. Oh, juga satu kantung bening yang berisi box makan siang di tangannya.

"Hai, Sibuk banget ya hari ini?"

Felix mengangguk kecil, kemudian mempersilahkan Changbin untuk duduk di kursi yang berada tepat di hadapannya.

"Ini apa?" Tanya Felix seraya menunjuk kantung bening yang baru saja Changbin letakan di meja.

"Makan siang, kamu pasti belum makan siang 'kan?" Jawab Changbin.

Kedua binaran di mata Felix kembali muncul, dilengkapi dengan senyuman sempurnanya yang membuat Changbin menahan gemas.

"Wah asik! Baik banget sih Kak Abin. Makasih ya!" Ucap Felix penuh semangat seraya mulai menarik kantung bening pada box makanannya.

Tangan Changbin yang juga berniat melepas kantung bening pada box makanan itu membuat tangan mereka bertemu.

Tangan Felix terasa dingin saat bersentuhan dengan telapak besar Changbin yang hangat.

"Tangan kamu dingin banget."

Felix mengerjap merasa salah tingkah ketika Changbin tak kunjung menarik tangannya dari atas telapak mungil Felix.

"Eh, iya. Kelamaan diem di sini. Ac nya nyala dari tadi."

Balas Felix seraya menarik tangannya mundur. Namun baru bergerak sedikit saja Changbin lebih dulu menggenggam tangannya lembut.

Levant ¦ ChanglixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang