〰
"Eumm—tiga?"
Sabtu malam, di Festival Kuliner Senayan kali ini akan menjadi panggung perdebatan kecil bagi mereka.
Iya, Felix dan Changbin. Sepasa Nuraga yang begitu di cintai Jakarta.
Kini raut menggemaskan serta-merta terlukis di wajah manis Felix, lengkap dengan kedua pasang matanya tatap Changbin berbinar penuh harap.
"Tiga cup ya?"
Changbin mendengus kecil. Jakarta, apa tidak salah jika manusia manismu ini berusia dua puluh tiga tahun? Kenapa ia masih sama menggemaskannya dengan bocah lima tahun?
"Oke, diem aja berarti boleh." Ujar Felix seraya berniat langkahkan kakinya menuju stan es krim potong di sebrang sana.
Changbin tarik tangan mungil kekasihnya dengan cekat, Bawa tubuh Felix untuk mendekat. Di tengah ramainya manusia yang berlalu-lalang di sekitar mereka, Changbin dekatkan bibirnya pada telinga sang Kekasih.
Bisikan bait kalimat yang bunyinya, "Tiga cup sama dengan tiga ronde."
Mengerti maksud dari kalimat Changbin, lantas Felix layangkan satu pukulan ringan di bahu tegap lelakinya. Kedua pasang mata itu kini mendelik tajam. Namun lihatlah Senayan, kedua pipi dengan rasi bintang itu sama sekali tak bisa berbohong. Di sana, ada rona merah muda lengkap dengan sedikit paparan sinar jingga lampu Festivalnya, Felix terlihat begitu manis dan indah.
"But, Okay! I'll do everything to get the ice cream." Ujar Felix seraya tatap laki-lakinya dengan sengit.
Jakarta, lihatlah betapa keras kepalanya kucing manismu yang satu ini. Oh ayolah, apa lidah Felix tidak kebas terus-menerus di suguhi rasa manis dan dinginnya es krim? Sudah terhitung lima cup besar es krim yang si pemuda manis makan, Changbin khawatir kekasihnya akan berakhir sakit.
"Deal?" Tanya Changbin memastikan. Berharap Felix berkata iya, lalu Changbin akan menghabisi kekasihnya itu di ra—
Tidak Jakarta, maksud Changbin ia berharap agar Felix takut dan menyerah untuk tidak merengek lagi ingin es krim.
Felix berdecak kesal, "Fine, aku nyerah." Ucapnya seraya lempar tatapan galak yang sayangnya malah terlihat menggemaskan di mata Changbin.
Lantas si pemuda rahang tegas kini lepaskan kekehan renyahnya saat Felix berlalu pergi meninggalkannya di belakang.
Ahh manisnya.
"Kenapa manis banget marahnya, pacar siapa sih?" Ujar Changbin selepas mencubit pelan pipi halus sang kekasih.
"Berisik."
Changbin lagi-lagi terkekeh kecil. Satu lengan besar si pemuda rahang tegas kini melingkar di bahu sempit Felix, mendekapnya hangat seraya menyampirkan satu kecupan ringan di pelipis sang kekasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Levant ¦ Changlix
Fanfic[END] Tentang seorang Rugasa yang tak pernah menerima kasih sayang secara tulus dipertemukan dengan Sang Levant. "Kenapa senyum kamu bisa seindah ini, Felix?" - Seo Changbin