05. Ragu

1.9K 351 34
                                    

〰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Changbin menatap pantulan dirinya di depan cermin. Pemuda pemilik rahang tegas itu menunggu seorang barber datang untuk memangkas rambutnya yang nyaris menutupi mata elangnya.

Ah, Jakarta memang suka bercanda perihal rasa. Baru saja Changbin melepaskan tawa bahagianya sekarang pemuda itu tertawa hampa.

Sekadar ingin mengembalikkan suasana hatinya yang mulai memburuk, Changbin memutar kembali ingatannya pada sore hari kemarin.

Saat dimana Changbin merasa menjadi pemuda paling beruntung bisa menikmati senyum indah Felix di penghujung senja.

"Kak Abin tinggal di apartemen?"

Changbin mengangguk, sesekali pemuda itu akan melirik Felix yang tengah menatap keluar jendela mobilnya yang terbuka.

"Kenapa? Mau mampir?"

Sepasang manik kembar mereka bertemu, membawa kedua sudut bibir Felix membentuk sebuah lengkungan manis.

"Boleh, siapa tahu ada harta karun!"

Canda Felix seraya melepaskan kekehan renyahnya di akhir kalimat. Changbin tak fokus, matanya ingin merekam setiap detik raut ceria Felix melupakan fakta bahwa dirinya tengah menyetir mobil di jalanan raya yang padat.

Iya, di sana ada harta karun. Sebuah kenangan yang tersimpan rapi di dalam buku Changbin.

"Mampir kapan pun yang kamu mau Felix." Ucap Changbin seraya menatap kedua binaran Felix tepat saat mobilnya berhenti di lampu merah.

"Kalau gitu, Kak Abin harus siap sedia makanan manis kapan pun aku mampir ke sana!"

Senyum itu, masih sama. Serupa pantulan sinar jingga di lautan samudra. Indah tak ada dua.

Lee felix, pemilik senyuman bak Sang Levant di timur raya. Berhasil membuat Changbin yang tengah terhanyut dalam luka bangkit untuk menggapai sang Bahagia.

"Kenapa senyum kamu bisa seindah ini, Felix."

Jakarta, lengkap dengan rona jingga merah batanya pun ikut jatuh pada indahnya senyuman Sang Levant.

"Bentar ya bang, masih jam istirahat nih." Ucap salah satu barber seraya menepuk pundak Changbin pelan.

Changbin mengerjap, terlalu larut melamunkan suasana manis kemarin sore. Setelah melempar anggukan singkat pada pemuda barber, Changbin memainkan ponselnya acak. Melihat galeri, lalu mengecek pesan yang masuk.

Changbin membuka room chat terakhir di ponselnya, satu chat dari Chaewon di pagi hari menjadi alasan Changbin berani mengajak Felix pergi.

Chaesya

|Kak Ruga?
|hari ini free?

Levant ¦ ChanglixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang