Chapter 7 - Kuman Dimana-Mana

1.4K 213 11
                                    

Di siang harinya, Lia, Soobin, Hueningkai, dan Yuna berada di pekarangan rumah yang dipenuhi beberapa jenis tanaman.

Yuna hari ini pulang cepat, soalnya kelas 12 hanya disuruh datang buat absensi untuk ujian nasional nanti. Memang sih UN masih dua bulan lagi, tapi sekolah Yuna hanya ingin memastikan jika semua anak kelas 12 melaksanakan UN di sekolah.

Yah, siapa tahu ada yang ingin ujian di Korea gitu kan. Siapa tau.

Keempatnya membersihkan pekarangan rumah di empat sisi yang berbeda.

"Lia, ini pot tanamannya ditaro dimana?" tanya Soobin sembari mendekati Lia yang sedang berjongkok di dekat salah pot bunga.

Lia menoleh lalu membulatkan kedua matanya saat melihat Soobin tidak memakai maskernya. Padahal tadi sebelum berkebun, Lia sudah memberikan masker kepada tiga orang itu.

"Masker lo kemana?!" pekik Lia mengundang Hueningkai dan Yuna menolehkan kepala mereka.

Soobin menyengir lalu menggaruk kepala belakangnya. "Gue copot, Li. Habis masa panas-panas gini make masker."

Lia melotot saat Soobin menggaruk kepalanya dengan tangan laki-laki itu.

Ih... Itu kan abis megang tanah dan segala macemnya!!!

"Mending make masker tapi lo terlindung dari virus atau lo kena covid terus mati terus pas lo dimakamin gak ada yang dateng?!"

Soobin mengerjapkan kedua matanya, terkejut dengan suara Lia yang seperti membentaknya.

"Tapi, corona udah gak ada, Li." jawab Soobin sambil menghela napasnya. Mendengar itu, Lia kembali melotot. "Terus kalo lo kira corona udah pergi, gak ada kuman lagi gitu?"

Soobin terdiam. Benar juga apa yang dikatakan Lia.

"Maaf." ucap Soobin lalu menundukkan kepalanya.

Lia memgembuskan napasnya kesal lalu bersedekap dada. "Habis beresin semua tanaman di bagian lo, lo harus berjemur di tengah pekarangan ini selama 30 menit."

"GILA YA LO?!" teriak Soobin dengan matanya yang melotot. Laki-laki itu terkejut mendengar ucapan Lia yang baginya sangat tidak masuk akal.

Berjemur saat siang-siang terik gini? Gila kali.

"Iya. Biar kumannya pada mati. Kenapa? Cemen lo? Gakuat? Ini baru jam 1 siang, mataharinya gak terik banget. Gausah alay."

Soobin mendengus mendengarnya. Kenapa Lia seenak jidat gini, sih?

Setelah itu, Soobin kembali ke tempatnya untuk kembali merapikan tanaman-tanaman. Laki-laki itu terus mengoceh sambil memotong daun tanaman yang sudah tua dengan kesal.

"Apasih anjir gitu doang langsung disuruh jemur."

"Lagian gue kan gak keluar rumah. Gapapa kali gak masker."

"Anjir awas aja sampe gue disemprot disinfektan, gue kurung tuh cewek di kamar biar gabisa ngapa-ngapain."

Soobin terus mengoceh hingga tanpa disadarinya, Lia berdiri di belakangnya sambil berkacak pinggang.

"Ngomel terus, gabisa ngomong mah mampus."

Soobin menoleh ke belakang dan terkejut melihat ada presensi Lia dengan wajah gadis itu yang galak.

"Hehe, eh... Ada yayang Lia..."

"Bacot lo. Buruan selesaiin atau lo gak makan."

"Kok jahat sih sama aku?"

"Lo minta dipukul apa ditendang?!"

Soobin mengerucutkan bibirnya dan kembali melanjutkan aktivitasnya, sedangkan Lia berjalan menuju keran yang berada di dekat jendela ruang tamu. Gadis itu mencuci tangannya, dan masuk ke rumah.

[✅] H O M E S T A YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang