Chapter 21 - Thank You, Soobin

1.1K 190 34
                                    

Lia melangkahkan kakinya menuju koridor kampus gedung utama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lia melangkahkan kakinya menuju koridor kampus gedung utama. Ia berencana untuk memberikan surat pengajuan acara Hari Seni Sedunia ke dosen pengajar matkul seni yang akan menjadi pembimbing acara nanti.

Karena ia adalah ketua dari organisasi seni yang ada di kampus ini, maka ia pula yang ditunjuk sebagai ketua panitia Festival Seni nanti.

Sesampainya di ruang dosen matkul seni itu, ia menyerahkan surat pengajuan. Sang dosen menyetujuinya dengan menandatangani surat itu membuat Lia tersenyum senang. Kemudian, gadis itu keluar dari ruangan.

Saat ia sedang berjalan menuju taman belakang kampus gedung utama itu, ia dihalangi oleh seorang gadis yang merupakan adik tingkatnya di organisasi seni.

"Kak Lia, ya?" tanya gadis itu yang dibalas anggukkan oleh Lia.

"Kakak yang lagi deket sama Ayen, 'kan?" tanya gadis itu. Mendengarnya, Lia bersedekap dada. Tatapannya menilai penampilan gadis itu yang sederhana namun elegan.

"Iya. Kenapa emang, Wonyoung?"

"Kakak tau kan kalo Ayen sama aku udah jadian?"

Lia menganggukkan kepalanya. "Tau. Sekampus juga tau kali."

"Heum... Gimana ya bilangnya... Kakak bisa jaga jarak sama dia? Maaf tapi aku orangnya cemburuan."

"Cih. Gue deket sama dia juga karna keperluan organisasi sama kayak lo. Tenang aja. Gue bukan pelakor murahan gitu."

Wonyoung menganggukkan kepalanya. "Aku tau. Aku juga gak nuduh kakak jadi pela---"

"Tapi cara lo natap gue seakan nuduh kalo gue mau ngerebut pacar lo, anjing."

"Kok kakak ngomong kasar? Aku juga kan ngomongnya baik-baik."

Lia memutar bola matanya dengan malas. Menatap Wonyoung tajam.

"Aku gak nyangka ketua organisasi seni ternyata tingkah lakunya gini."

"Maksud lo apa, bangsat?!"

Saat Lia ingin mencekal tangan Wonyoung, seseorang menarik tubuhnya ke belakang. Ia juga melihat Hueningkai memundurkan posisi Wonyoung.

Ia menatap ke arah belakang dan mendapati Soobin berdiri di belakangnya. Kedua tangan laki-laki itu memegang kedua bahunya dengan tatapan matanya yang menghangatkan.

"Gak baik berantem siang-siang gini, bu ketua." ucap Soobin dengan lembut. Kemudian laki-laki itu menatap Hueningkai. "Bawa Wonyoung jauh dari singa galak ini gih."

Hueningkai menganggukkan kepalanya dan mengajak Wonyoung pergi ke kantin. Seperginya kedua orang itu, Soobin menarik tangan Lia menuju kursi besi yang ada di taman itu.

Keduanya duduk dan menikmati angin semilir dalam sunyi. Hingga Soobin berdeham lalu menatap Lia dari samping kiri.

"Lama juga ya udah gak ketemu. Sekitar tiga harian gak sih?" ujar Soobin yang diabaikan Lia.

[✅] H O M E S T A YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang