.
.
.TIBALAH hari pernikahan Felisa dan Bram. Graziell sudah terlihat anggun dengan balutan dress berwarna biru tua selutut, rambut yang bergaya Classy half-up menambah kesan simpel namun elegan. Ditambah polesan make up, membuat mata siapa saja melirik ke arahnya.
Ia tatap Mamahnya yang sudah selesai di dandani, terlihat sangat cantik. Kerutan yang ada disekitar dahinya sempurna tertutup make up dan itu tampak seperti 10 tahun lebih muda.
Graziell tersenyum ketika mamahnya ikut melihat ke arahnya. Namun entah kenapa, matanya mulai memanas dan tanpa sadar bulir bening jatuh dari pelupuk mata.
"Heyy jangan nangis dong sayang" ucap Felisa sembari mengusap air mata putrinya.
Graziell tersenyum sambil menggelengkan kepalanya "Ziell cuma inget sama Alm Ayah"
Mendengar perkataan Ziell barusan, Felisa ikut menitikkan air mata. Dilubuk hatinya yang paling dalam, tak ada setitik pun yang berubah rasa cinta pada Alm. Suaminya.
Tapi apa boleh buat, takdir berkata lain. Mereka harus dipisahkan oleh maut. Perlahan Felisa menggenggam tangan Ziell memberikan sebuah ketenangan.
"Ziell.. ngga ada yang berubah, Ayah kamu selalu ada dihati Mamah" Felisa tersenyum, sedangkan Graziell hanya mengangguk pelan. Suaranya seperti tercekat, belum lagi air matanya kembali mengalir semakin deras.
KAMU SEDANG MEMBACA
KENZIELL
Fiksi Remaja"Dasar kulkas!" "Berenti manggil gue kulkas!" "Kak Kenzie gada bedanya kayak kulkas, dingin." "Kulkas dingin? Sok tau." "Kulkas kan emang dingin!" "Kalo mati lampu?" Gadis itu mengerucutkan bibirnya kesal. "Terus kapan mati lampu? Biar gak dingin l...