.
.
.BU ANI adalah guru matematika Yang selalu mengadakan ulangan dadakan. Seperti hari ini, jam terakhir kelas Graziell diisi dengan soal-soal geometri menyebalkan.
"Sstt sstt Ziell!!" Farah, teman yang duduk dibelakangnya, terus memanggil. Untuk apa lagi kalau bukan minta salinan jawaban.
"Diem bentar," jawab Ziell berbisik. Ia menoleh ke arah meja guru, shit! Bu Ani, dengan kacamata kotaknya, melihat tajam ke arahnya.
"Ziell cepet!! Gue belom nulis apa-apa!" Farah terus saja berisik seraya menggoyang-goyangkan kursi Graziell dari belakang.
Demi apapun, Ziell sangat tidak suka ketika ada orang yang memaksanya seperti ini. Apalagi saat ulangan. Itu membuat konsentrasinya pecah.
Farah adalah orang yang sangat tidak sabaran. Dari kelas 10, Ziell merasa dia berteman hanya untuk jawaban pr dan ulangan. Benar-benar menyebalkan.
Secara perlahan, Ziell angkat kertas ulangannya dengan raut wajah yang dibuat seolah berpikir. Agar, Bu Ani tidak curiga.
"Ziell, gak keliatan!!"
"Tolong tulisin, dikertas gue."
Astaga! Apalagi ini?
"Udah Zie, gausa diladenin. Kebiasaan dia-mah." kata Alena teman sebangku Ziell.
"Parah banget si, katanya temen."ucap Farah sekali lagi berbisik, membuat Ziell tidak enak hati.
Akhirnya, setelah kondisi aman. Farah mengoper kertasnya. Lalu dengan cepat, Ziell menyalin semua jawabannya ke kertas itu. Namun tiba-tiba.
Plak!!
Penggaris panjang melayang begitu saja di mejanya. Ziell mendongakkan kepala, ternyata Bu Ani sudah berada tepat disampingnya. Menatap Ziell tajam dari balik kacamatanya.
"B--bu, jangan Bu!" protes Ziell saat Bu Ani mengambil kertas dengan nama Farah dipojok kiri atas.
"Jadi, kamu menyalin jawaban Farah?"
Ziell membelalakkan matanya, itu sama sekali tidak benar!
"Ng--ngga Bu, saya tidak menyontek!"
"LALU, INI APA!!"
"Mana, kertas ulangan kamu?" Lanjutnya masih dengan kilatan amarah.
"Bu, saya mohon jangaannn,"
Bu Ani tanpa ampun merobek habis kertas ulangan Ziell. Semua yang ada dikelas itu menoleh ke arahnya seraya menatap iba. Semuanya juga tahu, Ziell adalah murid yang cerdas. Jadi tidak mungkin dia menyalin jawaban Farah, yang notabene-nya murid biasa-biasa saja.
"Nilai kamu nol. Silahkan keluar dari kelas, langsung bawa tasnya." Seru Bu Ani tegas.
"Bu, tapi Ziell gak--"
KAMU SEDANG MEMBACA
KENZIELL
Genç Kurgu"Dasar kulkas!" "Berenti manggil gue kulkas!" "Kak Kenzie gada bedanya kayak kulkas, dingin." "Kulkas dingin? Sok tau." "Kulkas kan emang dingin!" "Kalo mati lampu?" Gadis itu mengerucutkan bibirnya kesal. "Terus kapan mati lampu? Biar gak dingin l...