DelapanBelas |•| Toko buku

757 86 66
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Tok tok

"Nes?"

"Nes, buka!"

"Nes?"

Sudah hampir 10 menit Kenzie mengetuk-ngetuk pintu apartemen Nesya. Tapi tak ada jawaban. Ia kembali mengetuk pintu.

Ceklek..

"Apa?" pintu terbuka. Menampilkan seorang gadis dengan keadaan rambut yang acak-acakan. Belum lagi aroma alkohol langsung menyeruak dihidung Kenzie. Tak salah lagi, semalam Nesya mabuk.

Tanpa dipersilahkan, Kenzie masuk lebih dulu ke dalam apartemen Nesya dan menghempaskan tubuhnya di sofa. Di meja, terlihat beberapa botol alkohol. Tapi anehnya, hanya ada satu gelas. Apakah Nesya minum sendirian?

"Semalem, Lo minum?"

"Hmm," Nesya meneguk air untuk menghilangkan rasa hausnya.

"Sama Fikri?"

Tak

Nesya secara tiba-tiba meletakkan gelasnya dengan kasar diatas meja. Kemudian menatap Kenzie tajam.

"Semalem dia balik, ketemu pacarnya." jawab Nesya dingin.

Dalam hati, Kenzie hanya manggut-manggut paham. Inilah alasan, kenapa Nesya minum-minum seperti ini.

"Apa yang sebenarnya Lo rencanain?"

Mendengar pertanyaan Kenzie, Nesya hanya menyeringai seraya menatap lurus ke depan. "Merebut kembali, apa yang dulu menjadi milik gue."

"Buat apa? Itu cuma buang-buang waktu."

Nesya semakin tertawa kencang. Tangannya meraih sebuah pisau kecil dari meja. "Ada satu cara lain, yang lebih cepat tanpa basa-basi."

Kenzie menaikkan satu alisnya, sebelum akhirnya matanya melotot melihat pisau yang secara tiba-tiba melayang lalu tertancap tepat di kumpulan buah apel yang ada di keranjang meja.

"Nes,"

"Ssttt.. gue, gamau Lo ikut campur."

Kenzie menghela nafas panjangnya. Dia tahu Nesya adalah orang yang keras kepala.

"Apa untungnya? 4 tahun harusnya cukup buat Lo lupain semuanya."

"Lo gak tau, gimana rasanya jadi gue, Ken!" Nesya mulai menangis. Ia mencengkram rambutnya kuat, menahan segala emosi.

"LO GAK PERNAH TAU KEN!"

"GUE MAU FIKRI MILIK GUE SEUTUHNYA!"

"GUE--"

Tanpa aba-aba Kenzie menarik Nesya ke dalam pelukannya. Mengusap pelan punggung gadis yang saat ini masih menangis dengan isakan pilu.

"Gue gabisa, Ken.

KENZIELLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang