.
.
."BRAM!"
Pria usia sekitar 45 tahun tengah berjalan keluar cafe. Tapi saat mendengar suara yang memanggilnya, ia berbalik badan. Netranya menangkap seorang wanita yang terlihat begitu familiar. Duduk disamping jendela sambil melambaikan tangan.
Renata-- mantan Istrinya.
Pria paruh baya ber jas biru Dongker itu berjalan mendekati Renata.
"Ada apa?"
"Kamu masih benci padaku, hm?"
"Sudahlah, ada apa?"
"Wow, sejak kapan kamu berbahasa formal gini?"
"Oke oke, duduk dulu. Aku tau kamu sudah menikah lagi. Artinya, namaku sudah terhapus dari hatimu?" lanjut Renata karna merasa tadi tidak direspon.
Setelah duduk, Bram menyilang kan lengannya di dada. "Oh jelas, aku sudah melupakanmu. Lebih tepatnya, dihari saat kamu bermesraan dengan pria lain, didepan mataku sendiri."
Jlebb
Kata-kata itu sangat mencelos dihati Renata. Tapi, dia tidak bisa menyangkalnya. Karna itu memang benar.
"Kenapa diem?"
"Kalau tidak ada yang penting, aku akan pergi." lanjut Bram.
"Tu--tunggu!"
"Apa?"
Renata menunduk, air matanya mulai menetes membasahi pipi. "Aku rindu Kenzie, izinkan aku bertemu dengannya."
Pandangan Bram beralih pada kaca jendela. Ia mulai tertawa, menatap Renata sinis. "Rindu? Rindu memukulinya? Rindu melukainya? Rindu membuatnya trauma?"
Isakan demi isakan, lolos dari bibir Renata. Pertanyaan Bram, ah-- lebih tepatnya, sindiran Bram tadi benar-benar membuatnya kembali mengingat hal buruk yang ia lakukan pada Kenzie dulu.
"A--aku benar-benar menyesal, Bram!"
"Tolong, bantu aku untuk meminta maaf dan menjelaskan semuanya."
"Menjelaskan semuanya? Apa kamu sudah gila?" tanya Bram sambil menatap heran. Renata-- mantan istrinya.
"Rahasia itu cukup kita yang tahu, Kenzie tidak perlu. Hidupnya sekarang sudah bahagia, jangan menghancurkan semuanya!"
"Kamu terlalu egois Bram! Kenzie harus tahu rahasia itu,"
"Sampai kapan kamu akan menyembunyikannya?" lanjut Renata sambil menyeka air mata.
"Sampai aku mati!" jawab Bram dengan penuh penekanan.
"Aku tahu apa yang terbaik untuk Kenzie, jadi jangan mencampuri urusan kami. Urus saja selingkuhanmu, eh lebih tepatnya, suamimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
KENZIELL
Ficção Adolescente"Dasar kulkas!" "Berenti manggil gue kulkas!" "Kak Kenzie gada bedanya kayak kulkas, dingin." "Kulkas dingin? Sok tau." "Kulkas kan emang dingin!" "Kalo mati lampu?" Gadis itu mengerucutkan bibirnya kesal. "Terus kapan mati lampu? Biar gak dingin l...