U for Untold

4 1 0
                                    

Sejak dulu begitu banyak yang ingin kusampaikan padanya, tetapi tak satu pun kata yang mampu untuk kuhantarkan. Sejak dulu aku hanya bisa memperhatikan dan menanggapi tiap status di sosial medianya, tetapi tak satu pun komentar atau pesan yang berani untuk kukirim.

Aku tahu ini tak berguna, tetapi setidaknya ingin sekali saja kuekspresikan secuil perasaan yang tertahan lama ini, walaupun hanya berupa untaian kalimat singkat di layar kecil.

[Ariana, kau mungkin lupa padaku, tapi dulu kita pernah satu kelas di SMA]
[Aku selalu memperhatikanmu dari jauh, melihat tiap status yang kau buat, tapi tak pernah berani menyapa]
[Setiap kau mencurahkan keluh kesah di status, ingin rasanya aku menghiburmu dan mendengar lebih banyak, tapi apalah dayaku yang tak berani mengambil tindakan itu]
[Karena itu, sekarang aku ingin menyampaikan, apa pun yang terjadi, aku selalu mengagumimu, aku selalu mengharapkan yang terbaik bagimu, kau adalah sosok wanita yang spesial bagiku]

Sekitar lima menit kemudian, ponselku berbunyi. Sebuah notifikasi pesan masuk. Tak disangka, itu dari Ariana! Dia membalas pesanku! Aku tak tahu apa yang harus dilakukan, tanganku yang gemetar mulai dipenuhi butiran keringat. Aku yang kesulitan menelan ludah membuka pesan itu dengan gugup.

[Terima kasih. Maukah kau ke sini?]

Aku shock berat mengetahui pesanku dibalas. Ini sesuatu yang tak pernah kubayangkan. Walaupun begitu aku juga harus membalas.

[Ini Ariana?]

Sekejap kemudian ....

[Bukan, ini Ari Santoso, kakaknya Ariana]

Aku sedikit lega mengetahui itu bukan Ariana.

[Oh, Kak Ari. Kakak pegang hpnya Ariana?]

[Iya. Ke sini ya. Sekarang kan tepat 3 harinya Ariana. Teman SMAnya yang lain juga datang]

[Iya, Kak. Nanti saya usahakan datang]

[Baik, kami tunggu ya. Terima kasih]

Belum sempat aku membalas pesan, tiba-tiba aku mengingat sesuatu.

Kalau tidak salah kakak laki-laki Ariana sudah meninggal lima tahun yang lalu.

AlphadeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang