"Ugh ... orang itu sudah gila! Dia menembaki kami tanpa henti!" Aku berlindung di bawah jembatan setelah berhasil kabur dari kekacauan barusan. "Sial, bahuku tertembak!"
Beginilah nasib orang-orang seperti kami. Tak banyak yang bisa kami dapatkan selain permusuhan dan timah panas. Jangankan membagi makanan, bahkan kami tak dibiarkan memakan sisa-sisa mereka.
Orang-orang tamak itu hidup dalam kecukupan, sementara kami terluka, tak punya tempat berlindung, dan kelaparan. Hidup kami begitu menderita. Bahkan ini tak layak disebut sebagai kehidupan.
"Jared, ini makanlah!" ucap Martin sambil menyodorkanku makanan. Ia adalah sahabat terbaikku. Kami telah melewati krisis panjang ini bersama-sama.
"Terima kasih. Aku kelaparan setelah berusaha kabur dari pria bersenjata itu."
"Cuma ini yang bisa kudapatkan, itu pun harus berebut dengan yang lain."
"Tak apa, cukup untuk hari ini," ujarku seraya makan dengan lahap, "ng? Aku menggigit sesuatu." Kukeluarkan benda keras yang mengganggu santap siangku itu.
"Cincin pernikahan ya?" duga Martin melihat benda yang kupegang, "sepertinya pria gila tadi itu suaminya."
"Oh, pantas dia terlihat sangat kesal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alphadeath
HorrorTerinspirasi dari film "ABC's of Death", Alphadeath adalah antologi berisi dua puluh enam cerita mini dan creepypasta dengan judul yang dibuat dan disusun sesuai dengan urutan abjad.