E for Excecution

7 1 0
                                    



Di suatu kerajaan tengah dilangsungkan eksekusi mati terhadap seorang bajak laut yang telah melakukan banyak pembunuhan dan perampokan. Eksekusi dilakukan tepat di hadapan raja dan para rakyat.

Dengan kepala tertunduk, sang pesakitan duduk berlutut di tengah lapangan, sementara algojo sudah berdiri di samping, siap menebas batang lehernya. Perlahan pedang besar mulai terangkat tinggi, tetapi anehnya sang algojo terlihat gemetar menahan beban pedang tersebut. Padahal dia dikenal sebagai algojo bertangan dingin, tak satu pun dari korbannya yang luput dari maut. Namun, tidak kali ini.

Pedang jatuh ke tanah dengan keras, menimbulkan dentingan nyaring yang menggaung ke seisi lapangan. Benda tajam itu meleset dari target. Tentu ini kejadian yang mengejutkan bagi raja dan rakyatnya.

"Izra, ada apa denganmu? Tak biasanya tebasanmu meleset!" tanya sang raja dengan heran pada si algojo.

"Maaf, Yang Mulia ... hari ini kondisi tubuhku kurang prima, tapi kupastikan tebasan kedua tak akan meleset."

"Tunggu!" titah raja menghentikan niat si algojo, "jangan paksakan dirimu. Sekarang istirahatlah untuk beberapa hari."

"Tapi, Yang Mulia, dia masih hidup," balas si algojo.

"Tak apa, eksekusi akan ditunda hingga keadaanmu pulih kembali," tandas sang raja menyudahi keputusannya.

Si algojo pun menurut dan pergi dari medan eksekusi, meninggalkan si pesakitan yang jatuh terbaring dari posisi berlututnya. Seorang petugas datang menghampiri untuk membawanya kembali ke sel tahanan.

"Dengar sendiri, 'kan? Kali ini kau beruntung karena Izra sedang tidak enak badan. Yah, walaupun untuk sementara kau harus bertahan hidup dengan tempurung kepala yang terbuka dan otak yang hampir tumpah keluar.”











AlphadeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang