Q for Quadruplets

6 1 0
                                    



"Aghh! Profesor! Lihat, dia sudah mati! Padahal niatku cuma iseng. Ini gara-garamu, Romi!" tukasku yang panik dan tak tahu harus berbuat apa.

"Hah? Aku kan cuma kasih ide, mana aku tahu bakal jadi begini. Kalau begitu Roma juga salah karena mendukung ideku!" bantah Romi.

"Eits, aku tidak bersalah. Di sini aku hanya saksi. Kalian bertigalah yang melakukannya. Termasuk kau, Rama,” sanggah Roma tak mau kalah.

"Eh? A-aku tidak ... kalian yang memaksaku ikut! Sejak awal aku tidak ingin terlibat. Po-pokoknya aku tidak mau disalahkan! Romi, tolong aku!" balas Rama dengan kikuk.

Romi menghela napas. "Hah ... sudahlah. Buat apa kita saling menuding dan melempar kesalahan. Kita ini bagaikan satu tubuh. Kena satu, kena semua."

"Ekhem," dehamku memotong ucapan Romi, "Bro, kau lupa ya? Saat ini, secara harfiah kita semua memang satu tubuh."

Romi menepuk dahiku. Maksudku dahinya. Eh, dahi kami. "Ah, iya, aku lupa, dan yang bisa memisahkan kita kembali hanya Profesor!"













AlphadeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang