Pukul 15. 45 ...
Kantor Bareskrim Polri bagian Kriminalitas.
"Kalian pasti telah menduga, maksud dan tujuan saya meminta kalian untuk kembali," ungkap Kholili kepada ketiga orang yang pandangannya mengarah ke meja di depannya. Walaupun begitu Kholili yakin atensi mereka tetap pada apa yang ia lontarkan.
"Kalian memiliki dugaan terhadap orang-orang itu?" tanyanya, hingga mengalihkan pandangan Raihan. Kini manik matanya menubruk manik mata Raihan yang sedikit mendongak ke arahnya.
"Kau memiliki dugaan?"
Raihan masih diam, tetapi sorot matanya seperti membalas pertanyaan Kholili.
"Kami penasaran dengan apa yag sedang terjadi malam itu Pak." Kini Mirshal angkat bicara, dirinya merasakan bahwa kedua kawannya saat itu lebih memilih diam, terlebih dengan Renata.
"Kami yang saat itu fokus pada acara tak menduga bahwa akan ada orang-orang seperti itu di antara para tamu ...." Mirshal menyapu pandang, kepada Chairul di awal dan berakhir ke Raihan. Sekilas Mirshal melihatnya mengernyit, seakan kawan di sampingnya ingin mneyanggah perkataannya.
"Saya sendiri tak tahu mereka datang dari mana, tapi yang saya duga ... mereka telah datang bahkan sebelum tamu undangan hadir di tempat itu."
"Bagaimana kau bisa menduga seperti itu?" tanya Chairul.
"Pak Cha pasti sudah tahu, pintu keluar yang tertutup itu ... pasti mereka sudah memperkirakan untuk menutupnya dari luar, karena pintu tersebut hanya bisa terbuka ke dalam." Kini fokus pandangan Mirshal hanya ke Chairul.
"Ya, pintu itu kemungkinan dikunci dari luar. Tapi ketika kita berhasil membuka pintu tersebut, tak ada penjaga satu pun yang terlihat bukan?"
"Itu menambah daftar keganjilan," sahut Mirshal sambil tercengang.
"Tentu, dan anehnya tak ada satu CCTV pun yang berhasil menangkap gerak-gerik mereka," sambung Chairul. Sementara orang yang berada di sampingnya hanya bersedekap menyimak pembicaraan mereka.
Sejenak sebuah rekam jajak kejadian penjamuan terputar di otaknya, gambaran yang saling bertaut saling mneyambung satu sama lain menjadi sebuah putaran film dari pusat serebrumnya disalurkan melalui neuron hingga beberapa buih informasi muncul ke permukaan. Mirshal kontan tersentak membuat Chairul yang sedang berpikir ikut terlonjak, Raihan melirik dan sedikit menjauhkan wajahnya, Kholili mengernyit dan menyapu pandang ke arahnya sementara orang yang duduk di kirinya hanya bergeming.
"Saya ingat sesuatu, Pak," serunya sambil mencondongkan wajah yang agak terangkat. Chairul ikut mencondongkan wahnya mendekati Mirshal, air mukanya tampak berseri seperti orang yang akan mendapatkan hadiah ulang tahun.
"Tapi saya ingin menanyakan sesuatu, Pak," katanya dengan intonasi yang lirih.
"Iya, apa itu?" tanya Chairul tak sabaran.
"Apakah seseorang bisa berganti muka secepat mungkin? Kira-kira berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk hal tersebut?"
"Kenapa kau menanyakan hal tersebut?" tanya Chairul balik.
"Kira-kira berapa lama, Pak? Tolong jawab dulu." Pertanyaan itu kembali diulang, akan tetapi yang bertanya bukan orang yang sama—orang yang bertanya adalah orang yang sedari tadi membisu, tak disangka sedari tadi orang ini juga ikut memperhatikan pembicaraan.
./-././.-./ --./..
Seperti disembur air ke wajah. Beberapa pasang telinga yang mendengar kata-kata yang terlontar hanya diam dan tertegun dengan hal itu. Seketika itu juga Renata ikut tercenung dengan apa yang ia saksikan. Beberapa pasang mata itu kini mulai mengambil fokus ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
E.N.E.R.G.Y [Action-Mystery]
ActionHarta, Tahta, Wanita. Lebih dari cukup membuat seseorang lupa akan dirinya, menjadikannya sebagai pembunuh. Raihan. Memiliki kemampuan merasakan energi di sekitarnya. Raihan bergabung menjadi salah satu anggota detektif untuk menguak kasus kematian...