11. Tendangan Maut Renata

5 3 0
                                    


Pukul 21:40 ...

Sekelebat Raihan mendengar kokangan, sepucuk pistol mengarah ke Renata dan satu lagi mengarah ke salah satu tamu, terlampau jauh jarak yang memisahkan keduanya. Sedangkan pistol di tangannya kosong melompong. Detik itu juga darahnya berdesir. Ia melirik, otaknya ditekan paksa untuk berpikir cepat. Musuh menuju ke arahnya, dengan pistol membidik tubuh.

Matanya menyapu dengan tangkas. Tindakan apa yang akan dipilih?

Aaakkk!

Pisau dan garpu itu tepat menancap telapak tangan. Mereka terus merintih menahan sakit. Raihan memindai, menyapu ke lawan arah rintihan. Seketika itu juga dirinya mengembuskan napas. Ketakutan yang menghimpitnya menguap bersama udara.

Raihan tersentak. musuh sudah berjalan mendekat, memblokade dirinya. Mereka seperti sekawanan buaya yang mengelilingi seekor kancil.

Dengan lincah Raihan membalut pistol ditangan dengan taplak meja yang sigap menjumput ujungnya. Melayangkan ke atas sesuai perkiraan. Ya, sepucuk pistol tersangkut lampu kristal tepat di atas kepala, meraihnya dengan baik sehingga pistol itu melekat kuat, aman. Dengan perhitungan mantap Raihan berjingkat, melompat, terbang dengan ayunan bak sirkus *trapeze. Seketika musuh ditendang dengan keras hingga terpelanting. Sepersekian detik kemudian Raihan melanjutkan dengan *rotate aerial. Kepala musuh dipancal dalam sekali putaran dengan tubuh mereka yang masih mematung. Satu persatu rubuh.

Raihan spontan melepaskan pegangnnya, merasakan sengatan di telapak tangan. Cenat-cenut kini yang dirasa. Namun, pendaratan Raihan kurang mulus, menyebabkan tubuhnya beradu dengan bibir meja, ia pun tersuruk dengan lutut membentur lantai. Sehelai kain taplak meja itu sedikit menyelamatkan lututnya, setidaknya fraktur tak muncul.

Seseorang mendekatinya, Raihan masih dalam posisi bersimpuh. Raihan menyadari dari hawa yang dibawanya. Dia bukan musuh, kendati pun belum sempat memastikan dengan indra penglihatnya.

"Shal?" tegurnya lirih. Mirshal masih mematung di dekat Raihan.

"Ya, Marshall datang menolong, kau tak apa?" Mirshal mengulurkan tangan. Raihan sedikit terkekeh sembari membalas perbuatan Mirshal, bangkit.

"Thanks."

Sekarang mereka kembali beradu punggung, memosisikan diri. Musuh semakin liar dan tergugah untuk mematahkan keduanya. Mereka mendekat.

"Shal, kau bisa membantu Ren? Aku hadapi mereka sendiri," bisiknya sedikit menoleh.

"... ok—" Baru saja Mirshal menganguk paham, dan niat tersembul ke pikirannya. Terdengar suara yang tak asing di sekitar mereka.

"HIATT..."

"Arrrghhh"

Bug...

Seketika itu juga tendangan menghantam tubuh orang itu, terpelanting, detik berikutnya melayang, menabrak dua orang yang berada tak jauh darinya lalu tumbang tergolek ke lantai.

"... E... sepertinya kita yang butuh bantuannya..." bisik Mirshal sembari memasang wajah ngeri. Raihan ikut terperangah, matanya sedikit melebar menangkap gambaran yang terjadi di hadapannya.

./—././.—./ ——./..

Musuh siap menyerang.

"Kau bisa, Shal."

"Sepertinya," jawabnya tak yakin.

"Oke, ayo."

Mereka maju, tujuh lawan dua. Raihan seketika menendang, meninju, kemudian menepis serangan musuh satu persatu begitu seterusnya hingga musuh tumbang. Ketika Musuh mencoba melawan serentak ia akan menggunakan split di udara, memancal kedua musuh tersebut secara bersamaan.

E.N.E.R.G.Y [Action-Mystery]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang