Pukul 08:30 ...
Keadaan masih sama, Renata dan Mirshal masih terkepung di antara sekumpulan musuh dengan pakaian serba hitam dan kepala plontos. Mereka manatap Renata, Mirshal, dan regunya dengan tatapan penuh kemenangan, seakan kumpulan buaya yang mengungkung mangsanya.
Orang yang tadi memulai pembicaraan itu tertawa terbahak seraya berkata, "Kalian kalah jumlah untuk menghadapi kami? Bagaimana kalian bisa mengambil teman kalian yang sedang koma itu."
Tertegun. Renata dan Mirshal memekarkan kelopak matanya, seakan sengatan rasa cemas dan takut juga sedih menjalar ke seluruh tubuh mereka.
"Tidak mungkin," gumam Renata.
Mereka hanya menatap penuh waspada pada beberapa orang yang menghadang. Pun tak ada penyerangan dari pihak lawan: seakan menunggu mangsanya datang pada mereka.
Sekian lama tak ada yang memulai hingga, suara letusan peluru.
Semua sama memandang ke arah sumber suara. Rupanya, suara itu berasal dari Chairul dan regunya.
"Pak, Cha," tegur Mirshal dengan menyunggingkan senyum sumringahnya.
"Hei, kalian baik-baik saja?"
Mirshal mengangguk, sedangkan Renata membalas pertanyaan Chairul dengan mendengkus.
"Maaf kami terlambat," ungkap Chairul sambil mendekati Mirshal dan memegang pundaknya. Akan tetapi di sepersekian detik berselang mereka dikagetkan dengan lesatan peluru yang melintas di antara mereka.
"Rupanya kalian tidak sabaran, ya. Baik, baik. Saya akan mengikuti permainan kalian," ujar Chairul sambil meregangkan tangan.
"Pak Cha?" Renata dan Mirshal dibuat takjub dengan pemandangan yang terjadi pada asisten ketua regunya itu.
"Selagi kami mencoba menghambat mereka, kalian cepatlah cari di mana Raihan berada," perintah Chairul kepada Renata dan Mirshal, keduanya sama mengangguk. Mengerti.
Adu peluru di antara kedua kubu kian mengisi keheningan ruangan itu.
"Cepatlah!" seru Chairul kepada renata dan Mirshal. Keduanya menatap Chairul dan berpaling, mengambil ancang-ancang. Anggota yang berdiri di samping keduanya yang ingin membantu melindungi mereka, seketika tersuruk akibat peluru yang menusuk tepat sebelum ketiganya mengambil langkah panjang.
Renata sedikit takjub, sedangkan Mirshal sampai meneguk salivanya.
"Shal, ayo!" Renata dan Mirshal menerabas semua peluru dan orang-orang yang tumbang, mereka berlari sekuat tenaga.
./-././.-./ --./..
Renata dan Mishal berhasil terbebas dari kumpulan musuh berpakaian serba hitam, mereka langsung menaiki tangga dan bergegas mencari di mana keadaan Raihan.
"Shal, apakah kau sudah menemukan ruangannya?" tanya Renata yang berlari sedikit lebih maju dari Mirshal.
Mirshal tengah berlari sambil memegang ponselnya, memperhatikan koordinat tempat Raihan berada.
"Shal?" tanya Renata ulang.
Mirshal tergugah, kontan menoleh ke arah Renata.
"Ya, Rena?"
"Apakah kau sudah menemukan di mana Raihan berada?"
"Ah, ya, Raihan berada di jarak lima belas meter dari sini." Mirshal berhenti sejenak, berpikir. Panjang sekali lorong rumah ini. "Mungkin ... kita akan temui ruangan tempat Raihan disekap dalam tiga ruang selanjutnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
E.N.E.R.G.Y [Action-Mystery]
AcciónHarta, Tahta, Wanita. Lebih dari cukup membuat seseorang lupa akan dirinya, menjadikannya sebagai pembunuh. Raihan. Memiliki kemampuan merasakan energi di sekitarnya. Raihan bergabung menjadi salah satu anggota detektif untuk menguak kasus kematian...