Pukul 23:13...
Mobil SUV hitam masih meluncur lambat di sekitar jalan Antapani, mereka telah menebas beberapa meter dan kini menuju ke penginapan karena hari sudah larut.
Kini hujan telah mereda. Hanya rintik yang tersisa, menemani langkah mobil dan memecah nyenyat di antara mereka.
Renata kembali menggeliat, ia melakukan pandikulasi. Raihan yang tengah menyadari apa yang terjadi berpura-pura tak peduli dan fokus ke depan. "... Ehm, apa sudah sampai?" Suaranya terdengar parau.
"WEH, APA NIH!" Renata berjengit, jaket Raihan yang sempat melayang, menghempas ke dashboard mobil jatuh ke lantai.
Raihan terkesiap. Dirinya masih setengah sadar dengan perasaan yang mulai membangun, memeluk alam sadarnya, akan tetapi detik itu juga runtuh seketika bak kaca yang jatuh dari ketinggian, hancur berkeping-keping.
"Ada apa Rena?" Mirshal ikut tersadar.
"Gue kira itu apaan?" Renata yang tertunduk menatap lekat benda yang dihempasnya.
Raihan memutar bola matanya, menampakkan wajah sungut.
Renata segera meraih jaket itu dengan kedua jarinya. "Punya lo?" menunjukkan kepada Raihan sambil menjumput jaket yang seperti membawa barang kotor. Jijik.
"Jaket gue steril kali, udah gue cuci berkali-kali pake disinfektan. Gak bakal ada yang kayak apa? CUPID-19? Verona? atau apalah itu yang pernah jadi momok dunia nyangsang ke situ."
"Sembarangan, ganti-ganti nama,"tukas Renata, geram.
"Lah, emang orang nanyain namanya, enggak kan? Suka-suka gue."balas Raihan, nyinyir.
"COVID-19 eropa menyebutnya, virus Corona negara China menyebutnya. Masih saudara virus flu yang sangat berbahaya dan cepat sekali penyebarannya. Penyebaran awal berasal dari Wuhan, China. Banyak spekulasi yang beredar tentang sebab penyebarannya..."
"Wow, kau tahu banyak ya, Shal." Sahut Renata terkagum-kagum. Walau nampak seperti sergahan, Mirshal tetap membalas dengan senyum.
"Jaket gue... Ck." Raihan masih dalam mode kesal.
"Yes, my lord ...this is your jacket." Renata menatap Raihan yang masih bersungut-sungut. "Iye... gue minta maaf, makasih, ya. Jaketnya." Renata menyungging senyum simpul, terpaksa. Sedangkan Raihan menarik jaket di tangan Renata dengan kasar.
Mobil itu kini memasuki penginapan yang biasa disebut resor. Tak seperti resor kebanyakan yang menjauhi lalu lintas, tempat itu malah menduduki hook tepat di dekat jajaran pertokoan.
Suasana nyaman langsung nampak pada kesan pertama. Resor itu bergaya arsitektur tradisional Jawa Tengah. Hampir secara keseluruhan tempat ini berasal dari bahan alam, kayu dan batu adalah bahan utamanya khas resor jawa. Terdapat pendopo di depan sebagai penerima tamu. Yang membuat mata terkesiap, menatap lekat adalah jamuan tamu di pendopo, dan dapur terbuka di sisi timur pendopo. Apakah ini sengaja? Untuk menarik indra pembau pengunjung?
Sejenak mereka mengisi perut lalu menuju kamar yang telah mereka pesan. Mereka menyewa tiga kamar single room. Menuju ke lantai atas kemudian. Betapa mereka tak henti-hentinya dibuat takjub oleh suasana memukau dari resort ini, setiap bagiannya merasa jiwa menyatu dengan alam, di setiap sisinya pun terdapat tanaman hias dan perdu. Membuat mereka betah berlama-lama mendiami tempat itu.
./—././.—./ ——./..
Pukul 06:30...
Keesokan pagi ...

KAMU SEDANG MEMBACA
E.N.E.R.G.Y [Action-Mystery]
AcciónHarta, Tahta, Wanita. Lebih dari cukup membuat seseorang lupa akan dirinya, menjadikannya sebagai pembunuh. Raihan. Memiliki kemampuan merasakan energi di sekitarnya. Raihan bergabung menjadi salah satu anggota detektif untuk menguak kasus kematian...