Pukul 09:00...
SMA Teratai
"KYAAA!"
Beberapa siswi memacu langkahnya. Mendekati sumber suara. Seseorang yang berteriak tadi berlari terbirit-birit menghampiri teman-temannya.
"I-iiii-itu." Siswi itu gagap sembari menunjuk-nunjuk ke sebuah ruangan.
Ruang tersebut berada di antara jajaran kamar mandi, karena penasaran dengan penjelasan temannya yang masih mengambang, para siswi itu mendekati ruang ganti yang pintunya kini setengah tertutup. Siswi paling depan membuka pintu dengan perlahan.
Pintu terbuka. Sesuatu yang tak lazim terpantul oleh beberapa manik mata. Sesosok gadis berseragam biru, rok kota-kotak menggelantung di seutas tali di salah satu tiang besi penyangga atap dengan wajah menunduk tertutupi helaian rambut yang hitam dan panjang hingga menutupi dada. Kakinya tampak putih pucat.
Semua siswi tersebut menatap dengan ngeri dan berteriak sejadi-jadinya hingga guru-guru dan siswa di ruangan yang tak jauh dari lokasi kejadian menoleh dan berhamburan ke sumber suara.
"Pagi tadi, tepatnya pukul sembilan waktu setempat, seorang siswi tewas di ruang ganti. Diduga siswi tersebut gantung diri," terang seorang reporter dari salah satu media massa yang meliput TKP. Tempat Kejadian Perkara .
./-././.-./ --./..
Pukul 08: 30...
Kantor Unit Kriminalitas.
"Jadi, apa yang kalian dapatkan dari misi pertama kalian? Jangan bilang kalau kalian gagal pada misi pertama hanya karena alasan itu? Kalian bisa dikeluarkan, membayar ganti rugi," desak Chairul sampai-sampai tubuhnya tergunjang seiring tarikan napasnya yang tersendat, menahan rasa panik yang menjalar di sekujur tubuhnya.
Sepersekian detik ruang interogasi itu lengang. Baik Raihan yang hanya menatap tajam ke arah Chairul maupun Mirshal yang tangannya kini dingin. Panik.
Tiba-tiba suara muncul memecah keheningan. "Tapi si gila ini berhasil menangkap jambret itu, Pak!" sanggah Renata. Menunjuk ke arah pria yang duduk di samping kirinya, bersisian dengannya, tetapi Renata menjaraki posisi yang mungkin tempat kosong itu bisa ditempati oleh seorang lagi.
"Walaupun begitu-" Chairul membenarkan posisi duduknya. Mencari nyaman. "Walapun begitu, dampaknya kalian menjadi sorotan pengunjung, acara berantakan, kalian dituntut petugas pengelola, dan sejak beberapa hari para wartawan berdesakkan seperti orang demo mencari informasi tentang- KALIANN!" teriak Chairul, tak kuasa menahan amarah yang sudah memuncak. Dia mendesah, kemudian menarik napas panjang.
"Tapi, kami dapat beberapa informasi, Pak," ujar Renata santai.
"Ohya ... apa itu?" Chairul sampai mencondongkan tubuhnya mendekati Renata.
Suara bariton terdengar bersamaan dengan pintu yang terbuka lepas. "Saya punya misi baru untuk kalian." Rupanya itu Kholili, ia melebarkan pandangan kepada semua yang tengah duduk terlebih dahulu.
"Tap-tapi, Pak- " Chairul tergugu ketika sebelumnya sontak kaget oleh kedatangan Kholili.
"Tenang Pak Cha, itu cuman tes buat mereka. Tim lain sedang menyidik kelompok barongsai itu." Tegas Kholili, menepis ketegangan di antara empat orang di hadapannya.
Renata yang tengah berdiri berbisik pada Raihan. "Sudah ku duga." Tandasnya. Raihan mengangguk. Paham. Mirshal yang sedikit melihat gerak-gerik mereka tertawa tanpa suara kemudian menunduk untuk menyembunyikannya dari Kholili dan Chairul.
Ruangan itu bukan lagi ruangan yang sama saat Chairul mengintrogasi Raihan, Renata, dan Mirshal. Bukan lagi ruangan dengan kaca besar menghadap mereka, bukan pula ruangan yang sempit, sunyi dan memiliki hawa mencekam. Ruangan ini sedikit luas membuat mereka bertiga dapat menghela napas bebas.
KAMU SEDANG MEMBACA
E.N.E.R.G.Y [Action-Mystery]
AçãoHarta, Tahta, Wanita. Lebih dari cukup membuat seseorang lupa akan dirinya, menjadikannya sebagai pembunuh. Raihan. Memiliki kemampuan merasakan energi di sekitarnya. Raihan bergabung menjadi salah satu anggota detektif untuk menguak kasus kematian...