22. Lelaki tua dengan tongkat

3 1 0
                                    

Ketika sekumpulan orang yang berpakaian serba hitam itu terbangun dari lamunannya, mereka sama mengejar Raihan, akan tetapi Raihan yang kini sedikit memperluas jarak dengan mereka segera mengambil senjata dari orang-orang yang tengah tergolek di lantai.

Sekumpulan orang yang tersisa kontan menghunus senjata apinya masing-masing, mengarahkannya ke wajah Raihan. Kini dirinya dalam pengepungan.

Raihan mengangkat tangan. Memandang ke sekumpulan orang yang telah mengacungkan moncong pistolnya ke mukanya. Raihan terus melirik ke penjuru ruangan yang suasananya kini berubah mencekam; lagi-lagi ia harus menghadapi posisi yang tidak diuntungkan.

./-././.-./ --./..

Pukul 23:40 ...

Kantor Bareskrim POLRI

Mirshal dan Renata sebelumnya memutuskan untuk menginap di kantor untuk terus melanjutkan penelusurannya. Mereka sudah diperingatkan oleh Chairul, akan tetapi Renata bersikeras untuk terus menilik aga tuntas. Renata sudah tidak ingin menunggu lagi dan membiarkan kecemasannya berlarut-larut.

Malam itu, Renata dan Mirshal duduk berhadapan dengan layar komputer yang memisahkan wajah mereka. Ruangan Itu terlihat remang oleh karena mereka berdua hanya menyalakan lampu yang berada di sekitar mereka dan lampu pada lorong menuju pantry, selebihnya dibiarkan mati. Mirshal melirik ke arah Renata yang masih fokus dengan layar komputernya.

"Rena, kau sebaiknya istirahat saja." Mirshal melihat wajah lelah Renata.

Meski Renata sudah terbiasa berbicara menggunakan bahasa formal dengan rekannya ini—tetap saja—kini dirinya merasa ada yang kurang, seperti memakan makanan tanpa sambal. Renata merasakan sesuatu yang hilang, tetapi Renata tak mengerti mengapa ia bisa merasakan hal serupa itu, padahal dia sudah terbiasa dengan situasi yang jauh lebih rumit dari kata 'kesendirian'.

Renata kontan memandang ke arah Mirshal. "Ah, tidak. Aku tidak apa-apa, bagaimana hasilnya, Shal?" Renata sedikit mengedikan dagunya.

"Eh, iya, jadi aku baru saja mencari kodomain dari domain situs itu, tapi ternyata mereka melakukannya dengan sangat rapi dan teliti, ko-domainnya mempunyai proteksi ganda, aku tidak tahu seperti apa orang yang menjadi ahli IT mereka, yang pasti orang ini sangat jeli, atau mungkin ada banyak orang yang memantau setiap kodomain satu persatu."

"Mustahil," sahut Renata.

"Kita perlu bantuan Pak Kholili," sambung Mirshal.

"Apakah kau tidak bisa melanjutkannya, Shal. Oh ini akan memakan lebih banyak waktu," keluhnya, Renata menyugar rambutnya.

Mirshal menyunggingkan senyum. "Lebih baik pelan tapi pasti, daripada terburu-buru yang membuat mati langkah nanti, kan? Lagipula aku yakin Rai akan baik-baik saja."

./-././.-./ --./..

Pukul 10:45 ...

Raihan masih menatap satu persatu sekelompok yang berada di depannya dengan tajam. Dirinya sudah tak merasakan lagi nyeri yang menyelimutinya. Kini ia hanya merasakan tegang. Telinganya sedikit berdengung. Ia menggeleng beberapa kali.

Seorang yang berada tepat di depan Raihan mendekati sambil terus menodongkan pistol ke arah muka Raihan.

"Menyerah saja." Pria dengan pakaian serba hitam itu memberi isyarat kepada salah satu rekannya yang sebelumnya tengah sibuk berkomat-kamit dengan microphone yang didekatkan ke mulutnya.

Tak ada pilihan lain selain menyerah dan kembali ke ruangan itu. Jika aku melawan mereka, itu sama saja dengan bunuh diri tapi jika aku kembali, kapan aku akan terbebas?

E.N.E.R.G.Y [Action-Mystery]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang