Part 25

2.1K 121 35
                                        


Angin malam yang dingin tak membuat kedua pasangan pergi meninggalkan tempat ini. Siapa lagi kalau bukan Daniz dan Savira. Kini kedua nya duduk diatas jembatan kolam ikan yang berada di sebuah taman kompleks perumahan keluarga Adi Wijaya.

Tadi setelah Alvino dan Qeyla pulang bersama, Daniz mengajak Savira untuk pulang bersama nya. Alhasil Nathan pulang sendiri, sudah jomblo ditinggal lagi. Nasib, nasib.

Mereka menikmati waktu berduaan ditemani bintang yang bertaburan di langit dan cahaya bulan purnama membuat pantulan didasar kolam.

Posisi mereka yaitu Savira duduk selonjoran menyenderkan punggung nya di pembatas jembatan, Tangan Savira mengelus lembut rambut coklat Daniz. Sedang, Daniz tidur dengan paha Savira yang menjadi bantalan nya, ia sangat menikmati elusan lembut dari tangan Savira.

Savira menikmati melihat langit yang begitu cerah dengan cahaya bulan dan meriah dengan jutaan bintang. Daniz menikmati ciptaan tuhan yang begitu sempurna dari bawah. Rambut ombre biru, manik coklat petang memancarkan cahaya bulan, hidung mancung, pipi mulus jangan lupa ketika tersenyum ada lesung pipi dikedua pipi, bibir pink alami, dan rahang tegas bak pemimpin.

Betapa indah nya ciptaan tuhan itu. Dan Daniz sangat beruntung mendapatkan gadis bak dewi yunani itu. Melupakan masa lalu dan merencanakan masa depan dengan gadis yang tengah bersama nya ini. Ia berharap tak ada yang menggangu atau bahkan ada yang berniat  merusak hubungan nya dengan gadisnya ini.

"Kenapa liatin nya gitu amat, bang?" tanya Savira sedari tadi ia merasa diperhatikan dari bawah.

"Gak papa, cuma mengagumi ciptaan tuhan yang sempurna" jawab Daniz lalu terkekeh. Savira yang mendengar itu juga ikut terkekeh.

Setelah itu Mereka sama-sama diam menikmati waktu bersama berdua. Lalu Savira membuka suara lagi.

"Daniz" panggil Savira dibalas deheman.

"Boleh nanya gak?" tanya Savira menatap netra biru itu teduh.

"Kan itu udah nanya sayang" sahut Daniz sedikit bercanda.

"Ishh, aku serius tau" Savira memukul pelan lengan Daniz.

"Iya-iya, kamu mau nanya apa?"

"Kalau nanti diantara kita yang pergi, gimana?" tanya Savira.

"Emang siapa yang mau pergi?" tanya balik Daniz sambil memainkan ujung rambut Savira.

"Ya mungkin aku atau kamu"

"Emang kamu mau pergi?" tanya Daniz beranjak dari tidur nya menatap lekat Savira.

"Aku nggak akan pergi kecuali kamu yang minta" jawab Savira mengusap lembut pipi Daniz.

"Aku nggak akan biarin kamu pergi. Kamu semua nya bagi aku, Ra. Kamu hidup aku. Kamu yang membuat aku jatuh-sejatuh nya dalam pesona kamu. Dan aku nggak biaran kamu pergi dari pelukan ku" ujar Daniz menggenggam tangan Savira yang ada diwajah nya.

"Tapi kita nggak tahu apa yang terjadi nanti Daniz. Aku takut kamu berpaling sama yang lain, saat aku sangat-sangat sayang dan cinta sama kamu" ucap Savira sendu.

"Sayang, dengerin aku. Aku sudah sayang dan cinta sama kamu, kamu itu hidup aku, kamu itu rumah aku ketika aku ingin pulang. Nggak ada yang bisa menggantikan posisi kamu dihati aku, karena hati aku sudah ditutup gak ada yang bisa keluar masuk seenak nya" Daniz menangkup Kedua pipi Savira.

Two Twin Girls Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang