Jakarta, December 2009
Vina berlari dari pinggir jalan saat melihat mobil truk yang melaju cepat akan menabrak Adiknya.
"Aneess!" Teriak Vina
Vina berlari ke tengah jalan raya lalu mendorong Anees ke pinggir jalan sampai tersungkur jatuh, sedangkan Vina?, Dia terpental jauh saat badannya tertabrak truk di jalan raya itu.
Rey saat itu juga keluar dari rumah berwarna merah yang ada di seberang jalan saat mendengar teriakan Vina yang ia sayup sayup terdengar di telinganya. Mata Rey membola melihat kejadian yang jelas terjadi dan disaksikan oleh mata kepalanya sendiri.
Dia langsung menghampiri Vina yang tergeletak tak berdaya disertai darah bercucuran di setiap tubuhnya, Rey menggerakkan tubuh Vina berharap Vina masih bisa bergerak. Dia memeluk tubuh Vina dengan erat sampai air matanya jatuh bercampur darah yang mengalir dari tubuh Vina.
"Kak reyy, kak Vina kenapa hiks" telapak tangan yang kini sudah mendarat di pundak Rey, tangan mungil dan putih, sedikit kotor karna tadi jatuh tersungkur ke tanah,
"Aneess" Rey hanya memanggil nama itu sembari memandang budak yang kini berdiri di sampingnya, lalu kembali memeluk Vina dengan harapan Vina masih hidup.
Saat itu juga ambulance datang, dan langsung membawa Vina ke rumah sakit, tapi sayang nyawanya tidak tertolong. Isak tangis terdengar dari mereka yang ditinggalkannya, Anees adik yang di tinggalkannya, dia masih kecil dalam usia 5 tahun. Dia hanya menangis melihat kakanya yang bersimpah darah.
Jakarta, Juni 2020
Anees memilih diam, tidak mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya. Bahkan untuk nafasnya, dia harus mengatur agar tidak ketahuan gugup yang saat ini dia rasakan.
Diantar oleh Rey. Seorang cowok killer di sekolahnya, tentu Akan menjadi pusat perhatian dan obrolan bagi para murid di sekolahnya.
"Kak Rey, berhenti disini aja, udah. Sekolah tinggal di depan, aku bisa jalan sendiri." Pinta Anees berharap Rey menurunkan dirinya di pinggir jalan yang sudah lumayan dekat dengan sekolahnya. Agar tidak banyak murid yang melihatnya turun dari mobil bersama Rey.
Tapi hanya diamnya Rey yang Anees dapat, Rey tetap melajukan mobilnya sampai ke parkiran di sekolahnya.
"wht the fcuk!" Gerutu Anees dlam hati
"Kak Rey bentar, Aku yang turun duluan." Anees kemudian beranjak turun dari mobil
Tapi disaat berbarengan, Rey juga keluar dari mobil itu, membuat Anees semakin melongo dengan perlakuannya yang sukses membuat semua murid memandang ke arahnya dengan tatapan tajam.
"KAK REY GILA YA?" Teriak Anees mengarah pada Rey, membuat murid yang menyaksikan tercengang mendengar ucapan Anees.
Rey yang terlihat menautkan alis, lalu bejalan mengitari mobil berjalan ke arah Anees yang masih berdiri di dekat mobilnya.
"Kenapa?, Takut?"
Anees yang menyadari Rey berjalan ke arahnya, semakin dekat semakin Anees mundur sampai tubuhnya terhimpit mobil.
"Sama kak Rey?" Tanya Anees balik
"hahh, aku gak takut sama kak Rey. Yang aku takutin tuh mereka-" Anees menunjuk ke arah para murid yang sedang melihatnya dengan tatapan tanpa kedamaian, melihatnya saja sudah membuat wajah Anees berubah masam seketika.
"Aku takut diserbu, terutama sama pacar kakak. Jessi."
"Dia bukan-"
"Hehhhhh!" Teriak seorang wanita yang dari belakang Rey, dan juga tidak sengaja memotong ucapan Rey.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistakes In The Past
RomanceAneesa prawikasa, seorang anak perempuan berusia 16 tahun yang mempunyai penyesalan di masalalunya. Berusaha untuk melupakan kejadian itu, sampai saat seorang Rey Pamungkas hadir kembali dalam hidupnya. Rasa bersalah dan juga penyesalan selalu meng...