13. Heboh

10 5 0
                                    

Vote sbelum membaca

*Hppy reading*

Disinilah mereka. Meski di pojokan kantin namun masih menjadi pusat perhatian. Siapa lagi kalau bukan most wanted di SMA tunas bangsa.
Rey, Erdiss, dan Roni.

"Hai."

Rey hanya diam tak melirik sedikitpun. Namun Erdis juga Roni malah kegirangan karena disapa.

"Gue mau minta no handphone lo dong, buat kerja kelompok nanti." Ujar wanita itu sambil menyodorkan Handphonenya ke arah Rey.

Namun dengan tatapan malas Rey menerima handphone wanita itu. Jangan tanyakan betapa berisiknya kantin saat Rey mengambil handphone wanita yang meminta no telfonnya.

"Woeee gilaa!"

"Itu beneran anjirrr!"

"Aaaaaa kakkk Reyyy..."

"Bangsat gua yang maju duluan woe!"

"Reyyy gua juga mau!"

"Hehhh jangan ngerebut jodoh orang!"

Banyak dan sangat berisik sampai Rey menutup salah satu telinganya dengan tangan kiri, tangan kanannya masih mengetikan no hp.

"HEHH LO!" Teriakan seorang wanita yang mampu membuat semua murid di kantin terdiam.

Rey melihat ke arah Jessi yang berjalan sambil menatap jangar ke arah wanita yang tadi meminta no handphonenya. Dengan cepat Rey mengembalikan handphone milik wanita itu lalu menyuruhnya agar cepat cepat pergi.

"HEHHH MAU KEMANA LO!" Jessi berlari mengejar wanita yang tadi namun, tangannya di cekal oleh Rey yang tiba tiba berdiri.

Jessi kesal, namun dia juga tak menyangka kalau Rey akan memegang tangannya. saat itu dia langsung tersenyum cerah menatap Rey yang uang tidak menatapnya sama sekali.

"Rey, aku gak izinin yah kamu ngasih no kamu ke dia!"

Rey melepaskan tangan Jessi dan beralih menatapnya. Jessi terpukau dengan ketampanan Rey, lelaki yang ia kejar selama 3 tahun ini.

"Rey ko lo bisa sih dengan gampangnya ngasih no lo ke dia ?" Tanya Erdis yang masih terduduk, namun Rey malah menatap Jessi sambil menyunggingkan senyumnya.

"Siapa bilang gue ngasih no handphone gue ke dia?" Tanya Rey menunjuk ke arah wanita yang sedang duduk memakan bakso, wanita yang tadi sempat bikin heboh satu sekolah.

"Ya terus? Yakali lo kasih no hp kang badut."
Sungut Erdis.

"Gue ngasih no Roni." Ujar Rey datar lalu duduk kembali.

"Nahh kan gue yang jadi tumbal." Sahut Roni yang menekuk wajahnya kesal.

"Kenapa gak no hp gue aja sih?!" Tanya Erdis berharap.

Rey diam, Roni hanya menatap datar wajah Erdis yang rupanya mengharapkan wanita tadi.

"Lo mau dis? Ntar gue kasih ya."

"Nahhh temen gua itu namanya!-"

"Terus gua?" Potong Rey membuat Erdis terdiam dengan senyum sipu melirik Rey.

Rey hanya memutar bolamatanya malas. Entah kenapa dia bisa kesini, padahal biasanya juga dia istirahat di kelas.

"Tapi setidaknya kamu gak nanggepin dia, kamu cuman boleh deket sama aku di sekolah ini." Ujar Jessi dengan kepedean-nya.

"Ihh jiji gua dengernya." Cibir Roni lalu menunjukan muka jijinya pada Erdis, seketika mereka tertawa sedangkan Jessi yang kesal melihat kelakuan mereka berdua.

Rey tertawa mendengarnya, tangannya di lipat di atas dada, paha kanannya menumpu kaki kiri. Membuat dirinya semakin enak di pandang.

"Emangnya lo siapa berani ngatur gue?" Tanya Rey mendongak menatap Jessi yang berdiri di Sampingnya.

"Ya akukan-"

"Kalo lo amnesia nih gue ingetin..,
gue belum pernah ngajak lo jadian. Jadi jangan pernah ngaku ngaku kalo lo sama gue pacaran."
Ujar Rey disertai wajah datarnya. Sedangkan Roni dan Erdis hanya cekikikan mendengar itu.

"Bisa diem gak si Lo!", Sungut Jessi pada kedua mahluk yang sedang menertawakannya itu.

"Gak ada orang yang gak ketawa kalo liat pilem komedi." Ujar Roni masih tertawa

"Ini bukan pilem komedi," Jessi sengaja menjeda ucapannya,

"Tapi ini pilem romance, ya gak Rey?" Lanjut Jessi tersenyum ke arah Rey sambil memegang pundaknya.

"Lo nanya sama gue?." Ujar Rey lalu berdiri kembali membuat Jessi bergerak sedikit mundur.

"Ya.. yaiya." Jessi mengangguk,

"Oh." Ujar Rey lalu beranjak pergi dari kantin.

Jessi menekuk wajahnya kesal. Apalagi setelah melihat Roni dan Erdis yang menertawakan dirinya, dia langsung beranjak pergi menermui gengnya.

Rey risih dengan Jessi. Dulu Rey membiarkan Jessi menyebar berita hoax tentang Rey dan Jessi yang berpacaran, karna ia pikir kalo semua murid tau Rey pacaran dengan Jessi, mungkin gak akan ada lagi yang berani deket deket dengan dirinya. Namun kenyataannya malah sebaliknya.

Roni dan Erdis berlari mengejar Rey yang berjalan duluan di depan, lalu mereka menyeruduk mensejajarkan jalannya dengan Rey.

"Rey tadi gue liat lu berangkat sekolah sama cewe." Celetuk Roni.

"Aw aww-, paapaan si lu, sakit tau gak!" Omel Roni saat merasakan cubitan kecil di punggungnya. Gak salah lagi, itu tangan Erdiss.

Erdis mengode, tapi Roni masa bodo. Roni emang kampret, tapi gak tolol juga. Jadi harusnya tau dong ga usah nanyain itu tadi.

Di belakang punggung Rey, keduanya saling gereget. Rey hanya diam, masih melanjutkan langkahnya meski tau di belakang punggungnya kedua anak manusia sedang adu mulut.

Tapi tiba di saat Rey melihat seorang lelaki yang sedang berjalan berlainan arah dengannya. Saat itu Rey menghentikan langkah, membuat manusia yang sedang bertengger di belakangnya meringis menabrak tubuh Rey yang tiba tiba saja berhenti.

"Aw Rey!" Rengek Erdis sambil menepuk punggung Rey.

Rey terdiam, lalu kembali berjalan melanjutkan langkahnya.

"Itukan Joan." Celetuk Roni membuat Rey kembali menghentikan langkahnya.

Rey terdiam dengan pandangan lurus, lalu menengok belakang melohat Roni.

"Joan." Nama itu keluar dari mulut Roni saat Joan berjalan hampir melewatinya.

Di lihat dari sisi mata Rey, Joan berhenti berjalan lalu membalikkan badannya menghadap Roni yang sedang menatap Joan.

"Oii bang, apakabar?" Ucap Joan sembari menepuk nepuk pundak Roni.

Roni tersenyum sipu. Melihat sikap dan penampilan Joan sekarang, rasanya dia sudah bukan levelnya lagi. Tapi ada satu hal yang Roni herankan, dan mengganjal dalam pikirannya.

"Baik." Jawab Roni singkat

Joan mengangguk mengerti.

"Ko lo bisa sekolah di sini?" Tanya Roni, membuat Rey menautkan alisnya.

Rey mendengar pertanyaan itu dua kali dalam satu hari juga dari mulut orang yang berbeda pula.

"Emangnya apa sih yang gak bisa gue lakuin?" Pandangan Joan beralih ke Rey, lalu menatapnya tajam.

Joan tampak menyunggingkan senyumnya, lalu kembali menatap Roni dan berlalu pergi begitu saja. Roni masih terdiam mematung di tempat.

"Lo tau dia Ron?" Tanya Rey masih melihat Joan berjalan menjauh darinya.

"Bukan cuma tau, gue kenal betul siapa dia."

"Lo tau hotel depan rumah gue?," Tanya Roni yang diangguki oleh Rey juga Erdis

"Nah pemilik hotel itu bokapnya dia."

****

Vote and comment y jangan lupa

Mistakes In The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang