Vote sebelum membaca,
*Happy reading*
Anees keluar dari dalam rumahnya, memakai baju treaning olahraga, degan topi yang menghalangi matanya agar tidak terkena sinar matahari. Di lehernya terkalung handuk kecil untuk menyerap keringat.
Di hari Minggu yang cerah ini, Anees berniat untuk olahraga pagi, dengan berlari mengelilingi kompleks perumahan ya gak terlalu luas, namun cukup mengurus keringat.
"Hahhhh," anees terduduk di teras rumahnya saat akan memakai sepatu yang akan di pakainya.
Setelahnya Anees berjalan keluar membuka pagar rumahnya, lalu di tutup kembali saat Anees akan mulai berlari. Anees berlari santai mengelilingi perkomplekannya.
Di sisi lain, Rey baru saja keluar rumah saat Anees mulai berlari. Matanya tak berpaling masih memperhatikan Anees meski Anees berlari semakin jauh dari pandangannya. Rey fikir itu lebih baik dari pada Anees menyadari bahwa Rey sedang memperhatikannya.
***
Belum juga satu jam Anees berlari, tapi rasa capek sudah menghadang menghentikannya. Mungkin sampai saat ini, Anees baru berlari selama 30 menit? Kurang lebih seperti itu.
Anees berdiri di tengah jalan perkomplekannya. namanya juga komplek, gak jarang motor mobil lewat sana. Paling adalah satu atau dua mobil yg punya rumah di dalam komplek itu.
Anees menyimpan tangannya di pinggang, lalu beralih mengusap keringat memakai handuk kecilnya. Laparr, itu yg Anees rasakan sekarang.
Dia berpikir, mau nyari makanan kemana coba. di dalem komplek mana ada yang jualan, dan kalo semisal dia pulang kerumah juga percuma, mamanya jam segini udah berangkat ke butik. Dann.. dia males masak, Itu alasan konkretnya.
Seingat dia memang ada yang jualan di deket kompleknya. Tapi.. ya sudahlah, Anees sudah berjalan menuju tukang bubur di Deket kompleknya.
Sesampainya disana, Anees langsung memesan satu mangkuk untuknya.
"Pak bubur ayam satu." Pesan Anees
"Iye neng. campur?" Tanya bapak penjual bubur ayam itu.
"Ga pake kacang, sama ga pake daging,"
"Namanya bukan bubur ayam dong neng." Kata bapak itu sembari menumpahkan air bubur ke mangkuk yg sedang di pegangnya.
"Hah?" Heran Anees
"Kalo gak pake dangingmah namanya bukan bubur ayam dongg,"
"heh? he, i-iya," Anees tersenyum sipu, sebenarnya itu tidak perlu di jadikan masalah, si mangnya aja kali yg lagi pengen canda candaan sama Anees.
Tangan Anees telurur menerima mangkuk yang di sodorkan bapak itu, dia berjalan mencari kursi yang kosong. Tapi disana terlalu ramai, sulit bagi Anees menemukan kursi untuk duduk .
"Nees!" Salah satu suara yang Anees dengar di tengah keramaian dalam toko bubur itu.
Suara itu, Anees sayup sayup mendengarnya. Tapi dia tau dari mana arah suara itu. Dia menengok melihat ke sumber suara.
Ka Reyy, woee dia ngapain disini!.
Ya lagi makan bubur lah, yakali ngaduk semen."Sini!" Panggil Rey tanpa ekspresi.
Anees, dia masih terdiam memandang Rey. Lelaki itu memanggil Anees?. Anees menyadari Rey menyuruhnya untuk duduk di tempatnya sekarang, dan dengan gampangnya kaki Anees melangkah mengikuti apa yang Rey perintahkan.
"Duduk disini."
Saat itu juga Rey langsung berdiri, lalu berjalan melewati Anees dengan membawa satu mangkuk bubur yang sudah habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistakes In The Past
RomanceAneesa prawikasa, seorang anak perempuan berusia 16 tahun yang mempunyai penyesalan di masalalunya. Berusaha untuk melupakan kejadian itu, sampai saat seorang Rey Pamungkas hadir kembali dalam hidupnya. Rasa bersalah dan juga penyesalan selalu meng...