Bad Nala (End)

1K 75 26
                                    

Marie menyengir pelan saat Mark menatapnya penuh peringatan.

" Hehe. Lupa."

Mark mengembuskan napasnya pelan.

Seringkali dia mengatakan pada kakaknya itu untuk mengetuk pintu kamarnya terlebih dahulu sebelum masuk.

Mereka berdua sudah sama-sama dewasa. Sudah sepantasnya untuk menghargai privacy masing-masing.

" Gue mau ganti celana ini." protes Mark sedikit marah dengan tangan yang sudah setengah jalan melepas ikat pinggang.

" Ya maaf." ucap Marie memutar kedua bola matanya malas.

Ck, berlebihan sekali.

Kaya perawan aja lo takut diapa-apain.

" Kenapa lo kesini?" tanya Mark.

Nada suaranya seperti ingin cepat-cepat mengusir Marie.

Marie mendengus. Mark bahkan tidak perlu merasa repot-repot untuk menyembunyikan wajah jengkelnya.

" Lo dipanggil Papa."

Gantian Mark yang mendengus.

Apalagi sekarang?

Jangan bilang kalau ayahnya itu hendak protes karena Mark hanya mampu lulus dengan prediket Magna Cumlaude bukannya Summa Cumlaude?

Ck, dipikir itu gampang apa?

Itu saja rasanya seperti kepala Mark akan lepas selama 8 semester ini.

Tidak bisakah ayahnya itu sedikit bersyukur dan tersenyum saja seperti di acara wisudanya kemarin?

Oh iya, ngomong-ngomong Mark memang sudah di wisuda dan sudah bergelar S.Ars dibelakang namanya sekarang.

Kalian tidak ingin memberikan selamat?


***


Mark menghampiri ayahnya diruang tamu dan mendudukan diri disamping sang ayah yang tengah menonton acara debat.

" Mahasiswa kok cuman ngangguk-ngangguk aja. Gak malu apa sama almamater." komentar Teano saat menyaksikan 3 orang Mahasiswa yang tengah berdebat dengan anggota dewan.

Mark hanya menghembuskan napas pelan. Sejujurnya kepalanya terasa sakit sekali dan tubuhnya butuh istirahat.

Mengingat selama ini Mark tidak pernah mendapatkan waktu tidurnya dengan cukup membuat Mark ingin segera tidur kapanpun dirinya melihat kasur tanpa harus memikirkan deadline dan tugas yang selama ini menyiksanya.

Penderitaannya untuk sementara waktu telah selesai tapi istirahat masih saja sulit dia dapatkan.

Mark butuh waktu untuk mengisi energinya kembali sebelum nanti akan ditempur lagi dengan segala materi di perkuliahan program magister.

Mark berdecak pelan.

Apa hidup ini hanya untuk belajar?

Apa setiap anak hanya budak ego orang tua mereka?

Apa gelar begitu penting?

" Semua persiapan ke MIT udah diurus?" tanya Teano dengan mata yang masih fokus menatap televisi.

Dirinya gemas sekali dengan pemuda-pemuda didalam benda kotak itu yang angguk-angguk saja setelah argumennya dipatahkan.

You make me Crazy || Mark Lee ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang