10. Senyum

3.8K 428 7
                                    

H A P P Y R E A D I N G

🤸

Para anggota Ares mulai turun dari motor mereka satu persatu. Setelah keruntuhan Fobos beberapa bulan lalu, mereka jadi tidak mempunyai musuh utama. Namun belakangan, kehadiran geng baru membuat ketenangan mereka mulai terusik. Entah sang penantang mendapat keberanian dari mana untuk terus mencari masalah dengan Ares. Rafa bersama empat inti Ares yang lain pun sudah beberapa minggu ini mendapat laporan tentang geng yang selalu mencari api dan menciptakan aura permusuhan.

Rafa yang semula tidak peduli banyak akan geng kecil yang satu ini, jadi menahan rasa marahnya ketika Budi-salah satu anggota Ares yang berasal dari luar Jakarta Highscool, disekap dan dijadikan bahan pelampiasan amarah. Motor Budi sampai dibakar, dan lebih parahnya sekarang anak itu sedang menjalani operasi karena mengalami pendarahan otak akibat mendapat pukulan yang cukup keras. Para anggota Ares tidak bisa menahan lagi, harus ada harga yang dibayar jika keluarga mereka terluka secara tidak terhormat, terlebih Budi sedang di ambang kematian sekarang ini.

Rafa bersedekap dada menatap pemandangan yang ada di hadapannya. Formasi inti Ares kurang lengkap hari ini, tidak ada Arkan dan Rio. Kedua cowok itu berhalangan hadir karena harus berlatih keras untuk turnamen futsal hari sabtu nanti. Rafa selaku ketua pun bisa memaklumi, karena Rio dan Arkan juga mempunyai peranan penting sebagai ketua dan wakil ketua ekstrakulikuler futsal kebanggaan Jakarta Highschool.

"Raf, perlu diabisin gak?" tanya Ethan sudah memijat kedua tangannya melakukan pemanasan. Karena sungguh, Ethan muak dengan domba kecil yang terus mengusik para anggota Ares beberapa minggu terakhir.

Rafa menoleh, meluruskan pandangannya dan menatap dua orang yang Rafa yakini pemimpin dari geng dengan leather jacket berwarna cokelat gelap itu. Rafa, Ethan, dan Gusti melangkah mendekat dengan santai namun jelas sekali aura tajam ketiga inti Ares tersebut nampak menusuk setiap pasang mata yang melihat mereka. Terlebih Rafa, sang ketua yang terlihat tenang namun sangat menakutkan, membuat beberapa anggota dari geng lawan ini menunduk, tidak berani menatap sang singa yang mempunyai kemampuan berkelahi di atas rata-rata itu.

"Apa tujuan lo?" tanya Rafa datar.

Sang pemimpin menatap Rafa tanpa takut. Ia menjulurkan tangannya di depan tubuh Rafa. "Kenalin, gue Eros. Pemimpin Lucifer."

Rafa tersenyum sinis, masih dengan tangan yang tersimpan di depan dadanya, Rafa menatap Eros tajam. Tidak mau membalas uluran tangan itu. "Gue gak mau tahu nama lo, apa tujuan lo ngusik ketenangan anggota gue?"

Eros tertawa meremehkan, berkacak pinggang sambil menatap Rafa juga Ethan dan Gusti secara bergantian. "Udah saatnya kejayaan Ares digantikan,"

Rafa yang semula bersikap tenang, jadi meraih kerah baju yang Eros kenakan dengan kasar. Rafa mencengkramnya kuat, mata elang cowok itu sudah menyala dan berkilat marah. "Coba ngomong sekali lagi." Pinta Rafa tegas.

"Udah saatnya kejayaan Ares diga-"

BUGH!

Eros langsung terjatuh di atas tanah lapangan hijau ini, bukan Rafa yang memukulnya. Arkan tiba-tiba saja datang dari belakang dengan Rio yang berlari dibelakang cowok itu. Arkan menarik paksa tubuh Eros yang tersungkur untuk kembali bangkit.

"LO." Arkan menunjuk Eros dengan mata yang menajam.

Aura menyeramkan Arkan langsung keluar, keempat inti Ares yang melihat itu jadi saling berpandangan, tidak mengerti kenapa Arkan jadi semarah ini.

ARKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang