27. Keputusan

2.7K 276 4
                                    


H A P P Y R E A D I N G

🤸

Rafa, Rio, Gusti dan Ethan sedang duduk santai di salah satu tribune lapangan utama Jakarta Highschool. Keempat inti Ares itu bercanda sambil mengemil. Di depan mereka, ada Arkan yang masih terus berlari mengelilingi lapangan utama dengan pandangan kosong. Terhitung, sudah sebelas kali Arkan melakukan putaran, keempat sahabatnya itu sempat menemaninya berlari tujuh putaran, namun karena kelelahan mereka memutuskan untuk menepi dan beristirahat sejenak dengan mengemil dan mengobrol.

Arkan mengorbankan dirinya sendiri untuk menggantikan Salma menjalani hukuman. Pemuda Reynand itu bahkan sempat berdebat dengan Bunga karena sahabatnya itu terus saja melarang Arkan untuk melanjutkan hukuman Salma. Arkan mengusap peluh yang membasahi wajahnya, cowok itu tak menghiraukan siapapun. Hanya fokus berlari dan segera menyelesaikan hukumannya.

"Kenapa yang berjuang mati-matian suka gak dianggap?" tanya Ethan, mengunyah popcorn sambil memandangi Arkan dari jauh.

Rio ikut menoleh, mengarahkan pandangnya pada lapangan. "Sad boy banget Arkan," hina Rio.

"Ini nih yang gak bikin gue tertarik untuk cinta-cintaan! Nyakitin, terlalu egois." tukas Gusti. Rafa yang semula tak tertarik jadi melihat Arkan yang berjarak jauh di depannya.

"Gila ya, Arkan tuh padahal kaya, ganteng mayan lah gak malu-maluin buat diajak jalan, jago gambar, otaknya juga standar belum semiring Ethan dan sekacau Gusti. Tapi masih dianggurin sama Salma, tuh cewek nyari apalagi sih?" Rio mengerutkan dahi samar, mulai berpikir sendiri tentang hubungan Arkan dan Salma.

"Salma punya trauma, cukup parah." Kata Rafa angkat bicara, ketiga temannya itu langsung menoleh cepat, menunggu Rafa berbicara kembali.

"Lo serius Raf? Kok gue gak tahu?" beo Ethan.

"Lo kan tempe,"

Ethan menoleh sebal pada Gusti yang duduk di sampingnya. Cowok itu mengangkat botol sodanya tinggi-tinggi lalu menatap Gusti sewot. "Gue guyur ya lo?!" ancamnya.

"Biasa aja atuh ujang!"

Rio mendorong kepala Ethan dan Gusti agar menjauh. "Lo kata siapa Raf?"

"Alya. Tapi gak dikasih tau lagi tentang selebihnya, Alya, Salma, Dinda tuh bisa banget jaga rahasia masing-masing." Rafa menerawang jauh, kedua tangannya berpaut tersimpan di atas lutut pemuda Arsenio itu.

Gusti mengangguk membenarkan. "Waktu masalah lo sama Alya juga kan mereka tau sebenarnya, pada jago akting anjir. Lumayan tuh kalau ikut casting, siapa tau jadi artis terkenal!" Gusti terjatuh kasar ke tanah akibat mendapat tabokan keras dari Rio yang kini menatapnya tajam. Apalah arti hidup Gusti tanpa tabokan juga jambakan Rio. Setiap hari selalu kena, kurang sabar apalagi Gusti terus saja mendapat serangan dari sang harimau yang satu itu.

"Bacot sekali lagi, gue jual lo ke deepweb!"

Gusti mendengus sambil memutar bola matanya malas, menepuk celana belakangnya beberapa kali lalu berpindah duduk, mengambil posisi di samping Rafa, ingin meminta perlindungan. "Jangan berantem dulu sat!"

"Liat noh Arkan, kita harus bantu!"

Gusti tiba-tiba mengangkat tangannya memberi interupsi. "Tapi gue bukan penyelamat dunia kaya Aang Avatar, gue juga gak punya elemen khusus kaya Boboiboy. Gimana caranya bisa bantu?" tanya Gusti bodoh.

Rio mengambil napas kasar, menggulung seragamnya hingga sesikut lalu mengendikkan dagunya menatap Gusti angkuh seolah siap untuk mengajak cowok itu untuk bertarung. "Pulang lewat mana lo?" tanya Rio menahan geram.

ARKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang