26. Pawang Macan

2.6K 247 14
                                    

H A P P Y R E A D I N G

🤸

Salma menunduk, terus membaca rangkaian rumus juga lambang dari catatan Fisika yang waktu itu Arkan berikan padanya. Sesekali gadis itu mengerutkan dahi samar kala menemui beberapa soal yang tak dapat ia pecahkan. Guru-guru sedang rapat untuk kegiatan bulanan Jakarta Highschool, Alya dan Dinda pun sedang sibuk bekerja untuk organisasi mereka, Osis. Untuk mengisi waktu luang, Salma memilih untuk belajar materi yang sempat tertinggal beberapa hari karena dirinya melakukan dispensasi untuk latihan Taekwondonya.

Dan berakhirlah Salma di sini, di bawah pohon mangga pinggir lapangan Highschool, cewek itu duduk di salah satu tribune. Salma mengambil air mineral yang ia bawa sedari tadi, membuka penutup botol lalu meneguknya perlahan. Derap langkah kaki membuat Salma mendongak, menatap lurus pemandangan yang ada di depannya dengan malas. Natasya tengah berjalan menghampirinya.

"Heh, Salma, lo jadi cewek so kecantikan banget sih?!" Natasya berdiri tepat di depan Salma dengan kedua tangan yang terlipat angkuh.

Salma tidak mendengarkan, ia memilih kembali fokus pada catatannya. Hal yang membuat Natasya geram, gadis itu mengambil buku Salma dan menjatuhkannya begitu saja ke atas tanah. Salma refleks membelalak, menggeram dengan kedua tangan yang berhasil terkepal kuat. Natasya selalu berhasil memancing emosinya. Salma menarik napas panjang, berusaha menguasai diri lalu membungkuk untuk mengambil kembali catatannya, memilih untuk tidak meladeni Natasya.

"Gue lagi ngomong sama lo!" teriak Natasya merasa jengkel akan sikap dingin Salma.

"Gue gak mau ngomong sama lo,"

Natasya mendesis sinis. "Dasar sok cantik,"

"Sok keren, lo pikir lo hebat bisa bikin Arkan cinta mati sama lo?"

Salma menipiskan bibir, menutup matanya rapat lalu berdiri mensejajarkan tubuhnya dengan Natasya, Salma menatap seniornya ini dengan tajam. "Gue gak ada urusan sama lo!" tukas Salma, menekan setiap kata yang terluncur dari mulutnya.

"Gak ada lo bilang? Coba ngaca!"

Salma mendengus kasar tak ingin membuang waktu berharganya karena meladeni Natasya. Gadis itu mengambil air mineralnya, dan segera mengambil langkah untuk menjauhi Natasya. "Lo pikir lo cantik udah nolak Mario?" tembak Natasya, Salma langsung menghentikan langkahnya.

"Bahkan lo gak secantik Dinda dan seanggun Alya, tapi kenapa sikap lo membuktikan kalau lo adalah wanita paling cantik di dunia?" Natasya terkekeh sinis, masih memandangi punggung Salma yang terlihat naik turun tak beraturan.

"Tau apa lo? Denger gue ya Natasya, gue gak pernah ada urusan sama lo. Jadi berhenti untuk nyari ribut, bisa?" tanya Salma menahan geram.

Natasya menatap Salma tak kalah tajam, maju beberapa langkah agar bisa sampai di hadapan Salma. Natasya tersenyum miring sambil menepuk pinggir seragam Salma beberapa kali, Salma menepis kasar lengan Natasya. Ia sangat tidak suka, ah bahkan Salma sangat membenci Natasya.

"Lo selalu ikut campur dalam urusan gue, saat Dinda cedera lo yang nyari gue. Lo maki-maki gue, saat gue mau musnahin Alya dari pandangan Rafa, lo yang gagalin semua rencana gue. Ingat? Udah jelas lo yang nyari masalah sama gue!" ujar Natasya setengah berteriak.

Salma memutar bola matanya jengah. "Lo gak ngaca gue ngelakuin itu karena apa? Karena udah berani ngusik sahabat-sahabat gue, gue marah? Wajar. Karena kalau gak dihentiin, sifat anjing lo itu makin menggonggong sana sini!" balas Salam tidak kalah tajam.

ARKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang