22. Primadona Baru

2.7K 265 10
                                    

H A P P Y R E A D I N G

🤸

Rio melirik arloji hitamnya, cowok itu berdecak beberapa kali sambil duduk di atas motor ninja putihnya. Rio menoleh kanan-kiri dengan mulut yang sibuk mengoceh sendiri, pemuda Antariksa itu terus mengomel dan mengumpat tanpa henti. Di samping cowok itu, Gusti juga sama sibuknya mengarahkan pandang ke seluruh penjuru parkiran luas Highschool dengan mulut yang sibuk mengunyah cilok yang tadi sempat ia beli di kedai Mang Ucup. Di depan Gusti dan Rio, ada Rafa juga Ethan yang sedang sibuk mengobrol dengan pacar mereka masing-masing.

"Arkan lama tai, gue mau nyalin pr!" keluh Rio setengah memberenggut.

"Sok rajinnn!" cibir Ethan.

Rio mendengus kasar. "Sekarang ulangan Kimia bego, yang kaga ngerjain pr bakal disuruh keluar."

"Ya mending gak usah ngerjain, biar bisa keluar!" timpal Gusti.

"Sesat banget temen kamu, pantes kamunya jadi kaya setan gini," ketus Dinda memberi komentar. Ethan menoleh cepat, meraih pergelangan Dinda dan menggenggamnya lembut, sedang merajuk kekasihnya agar tidak marah lagi.

"Aku mah bercandaan doang sama Kia, Rafa noh yang kemarin ngajak ke King Club!"

Rafa yang semula sibuk mengepang rambut Alya jadi menoleh cepat, dan menatap Ethan tajam. "Jangan ngarang lo, malem gue belajar di rumah Alya. Iya kan, Al?" Alya hanya mengangguk kecil sebagai jawaban, gadis itu sibuk membaca kembali materi Fisika yang kemarin Bu Asni sampaikan, Alya bahkan membiarkan Rafa memainkan rambut panjangnya yang tergerai bebas pagi ini.

Ethan mengerjap beberapa kali lalu menjentikkan jarinya dan menunjuk Gusti gemas. "Nah ini nih, Gusti yang kemarin ajak aku minummm!"

"Sembarangan, tadi malem gue sibuk main sama si Agus ya!" cetus Gusti sewot, menyebutkan kembali nama ayam peliharaan kesayangannya.

Baru saja Ethan akan menunjuk Rio untuk mencari pembelaan, sebuah Lamborghini dengan harga selangit berhenti di depan mereka. Mobil siapa lagi jika bukan milik Arkan Reynand Davidson, si cowok handsome, young, and rich. Gusti langsung tersedak cilok yang ia makan, cowok itu terbatuk-batuk sambil memegang leher juga tangan kanan yang sibuk memukul jok motor ninjanya. Bukan, Gusti bukan tersedak karena terkejut Arkan membawa Lamborghini pagi ini, tapi Gusti dikejutkan dengan cewek yang baru saja keluar dari kursi penumpang mobil mewah itu.

"Heyyyooo!" sapa Arkan riang, berjalan mendekat pada empat sahabatnya dan menyapa mereka satu persatu. Di belakang Arkan, ada Bunga yang tengah mengembangkan senyum seolah sedang menyapa keempat inti Ares juga Alya dan Dinda yang kini sedang memperhatikan keduanya.

Arkan merangkul bahu Bunga. "Masih inget kaga? Ini Bunga," ujar Arkan memperkenalkan kembali Bunga pada teman-temannya.

"Hai, Bunga!" sapa Ethan dan Rio ramah, bahkan keduanya sampai melambaikan tangan mereka, Rafa hanya melempar senyum tipisnya, berbeda dengan Gusti yang tiba-tiba jadi diam dengan raut wajah pucatnya memandangi Bunga.

Arkan membenarkan posisi tas yang terlampir pada pundaknya. Arkan menoleh pada Alya dan Dinda yang menatap tengah menatap Bunga untuk menyelidik. "Alya, Dinda, ini Bunga. Sahabat gue," kata Arkan memberi ruang pada ketiga gadis cantik itu.

"Alya," Bunga menerima uluran Alya sambil tersenyum hangat. "Bunga, salam kenal yaaa!"

"Iya,"

Bunga menoleh pada Dinda yang masih menatapnya penuh curiga dengan kedua tangan yang tersimpan di depan dada. "Dinda," ucap Dinda datar. Ethan menoleh cepat pada kekasihnya itu, Ethan tersenyum canggung pada Bunga dan mengarahkan Dinda agar menghadap sepenuhnya pada cowok itu.

ARKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang