17. Confused

3K 308 7
                                    

H A P P Y R E A D I N G

🤸

Arkan, Rafa, Ethan, Gusti dan Rio melangkah bersama memasuki area Rumah Sakit. Masih mengenakan seragam sekolah, kelimanya memberanikan diri untuk membolos dan kabur dengan cara menipu satpam Highschool untuk yang ke sekian kalinya. Tujuan kelima pemuda itu adalah ruangan VVIP yang terletak di bagian paling ujung rumah sakit mewah ini, mereka datang untuk menjenguk Budi yang masih koma semenjak kejadian beberapa minggu lalu.

Arkan memeluk parsel buah untuk Budi yang dibeli oleh uang kas milik Ares. Cowok itu menoleh kanan kiri memperhatikan beberapa orang yang sedang berlalu lalang. Di samping Arkan ada Rafa yang masih sibuk dengan ponselnya, Rio yang berjalan santai dengan satu tangan yang dimasukkan ke dalam sakunya, dan Ethan juga Gusti yang sekarang sedang menggoda para perawat yang melintas di samping mereka.

"Mbak, mbak!" Gusti memanggil seorang perawat muda yang akan melintas di samping mereka, membuat sang perawat yang semula fokus pada buku yang sedang dibacanya jadi mendongak dengan senyum ramah, juga tatapan bertanyanya. "Mbak bisa biologi gak?"

Arkan, Rafa, dan Rio yang tadi sempat menghentikan langkah mereka jadi melengos pelan mengamati Gusti dan Ethan dengan segala tingkah absurd mereka. "Bisa," jawab si perawat.

"Tau gak, hormon dopamin lepas karena apa?"

"Sok banget temen lo, pake bahas biologi segala. UN pelajaran IPA aja masih ngitung kancing," Rio nyinyir sambil berbisik pada Arkan.

"Kalau kita lagi senang," perawat itu menatap Gusti biasa saja, belum menyadari suatu hal yang mengganjal.

"Nah, kaya sekarang ini, mbak!" Gusti berseru dengan semangat.

"Hah?" sahut perawat itu tidak mengerti.

Gusti mengangguk dengan senyum cerah yang terbit di wajah tampannya. "Ketemu sama mbak cantik, hormon dopamin saya lagi lepas!" ujar Gusti, tidak lupa ia mengedipkan sebelah matanya pada si perawat muda.

"Mbak maaf mbak, teman saya otaknya memang harus direhabilitasi dulu, jaringannya belum berfungsi secara sempurna." Arkan tertawa canggung sambil menarik Gusti menjauh, diikuti oleh keempat sahabatnya itu. Meninggalkan si perawat dengan kesadaran yang belum terkumpul karena mendapat serangan dari Gusti.

Gusti yang ditarik paksa oleh Arkan dan Ethan jadi merenggut kesal, menatap kedua sahabatnya itu sewot. Lalu cowok itu menoleh ke belakang dan berteriak tak tahu malu. "Mbak, user instagram saya Gustiaja, gak pake spasi. Dm saya ya mbak!"

Rafa menoyor gemas kepala Gusti. "Ini Rumah Sakit, bukan TK Pelangi yang selalu lo bangga-banggain!" Rafa memberi peringatan dengan mata yang melotot pada Gusti.

"Otaknya harus kita laundry," ujar Rio tidak berprikemanusiaan.

Gusti memeletkan lidah mengejek pada Rio. "Itiknyi hiris kiti liindry!" balasnya tengil, membuat Rio yang sudah menahan gemas jadi menendang bokong Gusti penuh dendam.

"MONYETTTTT!" pekik Gusti yang sekarang sedang mengaduh kesakitan akibat tendangan maut itu.

Ethan sudah tertawa ngakak sambil menepuk tangannya beberapa kali, benar-benar kaum receh. Rafa selaku manusia paling normal yang ada di sini, jadi menghentikan aksi gila dan tawa penuh kerandoman keempat sahabatnya dengan sabar. Karena kelima pemuda itu sedang menjadi pusat perhatian beberapa pengunjung Rumah Sakit yang melintas di sekeliling mereka.

"Woi, respect dong!" seru Rafa jengah.

"Tau nih, respect dong. Rumah Sakit loh!" Arkan menyahut santai.

ARKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang