21. Kawan Lama

2.6K 275 12
                                    

H A P P Y R E A D I N G

🤸

Salma turun dari motor besar milik Arkan sambil melepas helm bogo yang semula terpasang di kepalanya. Cewek itu memiringkan tubuhnya menghadap kaca spion, merapikan beberapa helai rambut yang sempat berantakan dan tersenyum kecil melihat penampilannya saat ini.

"Udah cantik," puji Arkan, masih terus memperhatikan gerak gerik Salma.

Salma mengibaskan rambutnya sombong. "Semua cewek kan lo bilang cantik. Mulai dari anak kecil, remaja, ibu-ibu, tante, bahkan nenek tua juga lo bilang cantik."

Arkan mengangguk membenarkan. "Bener dong gue, semua cewek itu cantik. Gak ada cewek jelek di dunia ini, karena cantik yang sebenarnya kan dari dalam hati." Arkan menunjuk dadanya sendiri seraya menipiskan bibir.

"Ya, ya, terserah playboy jalan manggis!"

Langkah Salma langsung terhenti ketika Arkan menahan pergerakannya dengan tangan kokoh milik cowok itu. Salma melotot karena tiba-tiba saja Arkan menarik tubuhnya, pemuda Reynand itu menaruh kepalanya tepat di samping telinga Salma. "Tapi yang spesial kan cuma Salma Aurelya," bisik Arkan menggoda.

Salma jadi menegang di tempat, menatap Arkan dengan kedua bola mata yang membelalak. Sial, ini bukan pertama kali Arkan menggodanya, namun kenapa Salma merasa pipinya sangat panas dengan dada yang bergemuruh. Salma menggeleng cepat lalu menghembuskan napasnya kasar, gadis itu mendorong kepala Arkan menjauh dan berusaha menguasai dirinya sendiri.

"Halah sepik!" cibir Salma membuang wajahnya ke samping.

Arkan menaikkan sebelah alisnya, memiringkan wajahnya. Berusaha untuk mendapat kontak mata dari Salma yang terus menghindar. "Kan gue udah bilang, sekali aja jangan anggap gue cuma bercandaan aja."

"Ya tapi lo tuh emang gak bisa dipercaya!"

Arkan mendengus kecil. "Jangan percaya sama gue, musyrik. Percayanya sama cinta gue aja," Salma memutar bola matanya malas mendengar itu.

"Udah ah, gue masuk, bye!"

"Makasihnya mana dulu dong?" tanya Arkan, Salma menghentikan langkahnya dan berbalik. "Makasih,"

"Ikhlas gak??"

Semua merenggut dari tempatnya, gadis itu bahkan sampai menghentakkan kakinya kesal menghadapi sikap Arkan yang sangat tidak bermanfaat. "Ikhlas!"

Arkan menahan senyumnya. "Coba mana senyumnya? Cantiknya? Manisnya??" tanya Arkan sedikit berteriak tanpa tahu malu, mengabaikan beberapa orang yang melintas di depan keduanya.

Salma melotot dengan tubuh yang sudah sedikit maju, tidak tahan untuk melayangkan pukulannya pada Arkan. Arkan sendiri hanya tersenyum miring sambil bersedekap dada merasa menikmati raut wajah penuh kekesalan Salma. Bukannya melawan, Salma berdecak keras lalu berbalik meninggalkan Arkan begitu saja dan mulai memasuki tempat pelatihannya.

"Macan betina kalau lagi blushing lucu juga," ujar Arkan berbicara sendiri dengan kekehan kecil keluar dari mulutnya.

Arkan mengernyit ketika ponselnya berdering. Cowok itu kembali meletakkan helm yang semula akan ia kenakan dan segera merogoh saku celana jeans-nya. Panggilan dari nomor asing dan tidak terkenal, karena penasaran Arkan langsung menggeser layar dan mengangkatnya.

"Halo?"

"Hai, Arkan."

Refleks Arkan melebarkan matanya terkejut, sangat mengenali suara yang satu ini. "Bunga?" tanya Arkan memastikan sambil menahan senyum juga teriakan bahagianya.

ARKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang