9. Berlebihan

4K 405 5
                                    

H A P P Y R E A D I N G

🤸

Bel istirahat pertama sudah berbunyi. Salma, Alya dan Dinda sedang membereskan alat tulis dan beberapa peralatan mereka yang semula tergeletak di atas meja untuk dimasukkan ke dalam loker pribadi setiap murid yang terletak di belakang ruangan kelas ini.

"Udah belum?" tanya Salma kepada dua sahabatnya ketika dirinya sudah selesai terlebih dahulu.

"Sebentar," jawab Dinda yang masih sibuk dengan kotak make up yang ada di depannya. Salma hanya bisa melengos, sudah biasa melihat Dinda yang seperti ini.

Dinda mendongak, meratakan polesan bedaknya dan tersenyum puas ketika melihat wajah cantiknya yang terasa sangat lengkap dan kontras dengan riasannya.

"Udah cantik," kata Salma cuek, masih memandang Dinda malas sambil bersandar di salah satu meja.

"Emang." Balas Dinda sangat percaya diri. Alya tertawa kecil melihat tingkah laku para sahabatnya. Gadis itu langsung berdiri di antara Salma dan Dinda, merangkul lengan keduanya dan berjalan santai keluar kelas untuk menuju kantin.

"Tumben mau makan di kantin, gak di rooftop?" tanya Salma yang sekarang sudah tertarik paksa oleh Alya, walau gadis itu meringis pelan ketika rasa sakit di kakinya masih sangat terasa.

Alya tersenyum kecil, mengarahkan dagunya ke pintu depan. Ada Rafa dan Ethan yang sudah menunggu mereka, ah lebih tepatnya Alya dan Dinda karena hanya Salma yang belum mempunyai pawang di antara tiga gadis cantik yang paling diincar oleh para cowok Highschool. Salma ikut saja berjalan ke depan, sudah biasa juga akan situasi yang membuatnya merasa ngenes itu.

Salma keluar kelas dengan wajah datar dan jutek seperti biasanya. Saat sampai di depan Rafa juga Ethan, Salma membelalak ketika ada Arkan juga di sana, berdiri di samping Ethan dengan sebuah kursi roda yang sedang cowok itu bawa. Salma mengernyit heran menatap Arkan, kenapa juga pemuda itu membawa kursi roda ke depan kelasnya.

"Potong sebahu biar gak sendu. Kamu tahu? Aku rindu." Ujar Arkan tiba-tiba berpantun dengan wajah yang merekah pada Salma.

Salma membuka mulutnya tidak mengerti. Gadis itu kembali menatap Arkan dengan alis yang berkerut samar. "Ngapain lo ke sini?" tanya Salma mencoba untuk tetap tenang.

"Jemput pacar gue lah!"

Salma membalikkan badannya, matanya menerawang ke dalam kelas seperti sedang mencari seseorang. "Cantika udah ke kantin," kata Salma memberitahu Arkan.

Arkan berdecak. "Gue udah putus sama dia, sekarang gue lagi pacarannya sama Mauryn." Jawab Arkan polos, membuat Salma jadi mendesis kesal dan mendengus kasar. Merasa sudah biasa akan sikap playboy cowok ini. Salma menatap Arkan jengkel, lalu pergi begitu saja meninggalkan Alya dan Dinda yang sekarang sedang sama-sama menepuk dahinya.

"Arkan goblok." Umpat Ethan sambil menoyor keras puncak kepala Arkan.

Arkan menoleh sewot. "Sopan dong, kepala gue tuh udah difitrahin!" balasnya tidak santai.

"Ck, playboy jalan manggis! Pantas Salma gak bisa nerima lo!" seru Dinda setengah bersungut melihat kelakuan Arkan saat ini.

"Emang bener, gue sama Cantika udah putus, sekarang gue pacarannya sama Mauryn-eh atau Sama Gisel ya?" Arkan menaruh telunjuknya di dagu, sedang berusaha mengingat siapa nama cewek yang sekarang berstatus sebagai pacarnya.

ARKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang