Halooooooo semua :D
Sekilas info aja nih...
Di part sebelumnya, ada beberapa bagian part yang aku edit untuk nambahin foto-foto karakter cerita aku biar kalian bisa lebih mendalami dan ngebayangin karakter cerita aku kek gimana gitu bentukannya hehehe
Aku sengaja nambahin sesuai part mereka, engga aku pisah-pisah *karena takut kangen eaak
HILIH. Wk
Nah, Part yang aku tambahin ada di :
Part 1 - Foto Nesya, Tarisa dan Nando.
Part 5 - Foto Prof.Frans, Brian, Sania.
Jadi kalau kalian mau liat boleh langsung cus ke part diatas yah :))
Terima kasih. Love, writer. <3
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Amanda menatap Sania datar, sebelum Sania melepaskan genggaman tangannya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Man, kita makan siang bareng yuk, sekalian ajak Brian sama Sania biar makin akrab... " ajak Tarisa mengalihkan perhatian.
Amanda menggeleng sambil mengubah ekspresinya menjadi tersenyum tipis. "Gue engga laper Ris, kalian duluan aja, gue harus visit dulu. Kalau sempet gue nyusul... " kata Amanda sebelum berlalu keluar dari ruangan.
Amanda berjalan setengah berlari menuju kearah rooftop, sesampainya disana Amanda langsung meremas pinggiran balkon dan menghirup udara sebanyak-banyaknya.
"Mah, Pah.... Amanda harus apa? " gumam Amanda lirih.
Dadanya terasa sangat sesak, sebelum akhirnya ia menjatuhkan tubuhnya ke lantai. Tanpa Amanda sadari air mata mengalir keluar dari sudut matanya. Amanda menopang kedua kepalanya diantara lututnya, ia menangis terisak disana.
Entah berapa lama ia menangis, langit semakin gelap. Amanda memutuskan untuk pergi dari rooftop menuju ke ruangannya. Ia berjalan pelan dan mengintip dijendela, ruangannya terlihat sepi. Sepertinya sudah ada pergantian shift jadi beberapa dokter kembali berkeliling untuk visit pasien.
Amanda masuk dan membuka snelinya. Ia menghela napas kasar sambil menghempaskan wajahnya di meja, cacing-cacing diperutnya mulai demo.
"Ekhem... " seseorang berdehem membuat Amanda mendongak. Brian tersenyum menatap Amanda sambil menyodorkan sesuatu
"Tadi Dokter Amanda belom sempat makan... " kata Brian sambil kembali meletakkan sekaleng susu dan roti didepan Amanda. Amanda tersenyum tipis.
"Thanks... " jawab Amanda santai menerima rejeki gratisan tersebut.
Lumayan, kapan lagi cuy dapet traktiran dari anak baru.
Cogan lagi hehehe."Sama-sama.. " jawabnya lalu duduk di meja kerjanya yang terletak disebelahku.
"Dokter Brian, belum pulang?" tanya Amanda basa-basi sambil mengunyah makanannya.
Brian tersenyum hangat. "Belom, saya abis bantu Dokter Nando bikin laporan. Dokter Amanda jaga?" tanya Brian.
Amanda menggeleng. "Lagi dapet tugas negara dari Prof Frans buat gantiin job dia, jadi saya ga kebagian jadwal malam.. " kata Amanda menjelaskan.
"Btw panggil Amanda aja, kayaknya umur kita ga beda jauh." kata Amanda akrab.
Brian tersenyum lebar sambil mengangguk. "Aku 27 tahun, man. Sudah tua haha.." ia tertawa renyah. "Kamu?" tanyanya.
"Kalo aku bilang, aku masih 24 kualat engga ya manggil senior pake nama?" tanya Amanda terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Romance⚠Cerita mengandung ke uwu-an yang maksimal. (16+) Hati-hati diabetes! (Watch out typo alert) Amanda Clarissa Hernandez adalah seorang dokter bedah muda cantik yang harus berurusan menghadapi seorang Abraham Saddam Erlando, CEO tampan namun memiliki...