Jam menunjukkan pukul 07.30 pagi.
Ketika beberapa orang berdatangan untuk memulai hari mereka bekerja di rumah sakit, Amanda berjalan keluar dari ruang operasi sambil memijat lehernya yang terasa pegal karena operasi yang memakan waktu selama hampir 8 jam. Rambut cokelatnya yang tergelung keatas terlihat sedikit berantakan dengan beberapa anak-anak rambut yang berjatuhan di dahi dan tenguknya. Beberapa perawat dan pasien yang berpapasan dengannya menyapanya, Amanda akan membalas menyapa mereka dengan ramah walaupun rasa lelah dan kantuk menghantuinya.
Ia menghempaskan tubuhnya diatas sofa yang terletak didalam ruangannya. Baru saja Amanda memejamkan matanya sejenak, suara alarm "code blue".
Amanda tersentak bangun dan langsung berlari kencang hingga hampir menabrak Brian hendak membuka pintu ruangan.
"P-pagi Amand... " sapa Brian sambil tersenyum.
Amanda hanya melambaikan tangannya sejenak dan berlari kencang menuju ruang pemulihan. Sesampainya disana, ia melihat pasiennya yang mengalami kejang ditempat tidurnya, kejang tersebut mengakibatkan beberapa luka jahitannya kembali terbuka.
"Manda, Tuan Ardan kena serangan dan kejang!" ujar Nesya sambil menghampirinya dengan nafas tesenggal karena ikut berlari.
Amanda sedikit terkejut, pasalnya Amanda sudah yakin ia mengecek kondisi pasien tersebut dengan teliti. Amanda berdiri disebelah pasien tersebut sambil mengecek monitor keadaan pasien.
"Sudah berapa lama pasien seperti ini?" tanya Amanda.
"Sekitar 1 jam setelah operasi dok." jawab perawat wanita didepannya.
"Dokter, Dokter apa yang terjadi dengan suami saya?" kata seorang wanita muda yang mungkin berusia 30 tahunan mengguncang-guncang lengan Amanda panik.
"Maaf ibu, tolong izinkan saya buat mengecek keadaan suami ibu dulu." kata Amanda tenang dan sopan kepada istri pasien tersebut. Ia merasa risih kepada istri pasien karena tidak kunjung melepaskan lengannya dan membuatnya tertunda menolong pasien.
Beberapa perawat mencoba melepaskan cengkraman wanita yang mengaku istri pasien dari lengan Amanda, hingga terdapat bekas cakaran wanita tersebut disana.
"Agh... " rintih Amanda pelan, namun, Amanda langsung beralih melihat keadaan pasiennya tersebut.
"Suster, tolong bawakan obat penenang dan alat jahit serta perban. Dan kamu, tolong bawakan rekam medis dan jurnal operasi pasien ini." perintah Amanda kepada suster-suster yang membantunya disana.
Suster wanita tersebut mengangguk dan berlari menuju nurse station untuk mencari dokumen yang Amanda perintahkan.
"APA YANG TERJADI PADA SUAMI SAYA DOK? KENAPA DI JAHIT DISINI?" pekik wanita tersebut dari jauh hingga membuat seluruh staf dan para wali pasien yang sedang menemani kerabat mereka setelah operasi menoleh.
Amanda tidak menghiraukan teriakan tersebut dan mulai menyuntikan obat penenang melalui infus agar reaksinya lebih cepat, matanya yang tajam tak lepas dari monitor keadaan vital pasien yang berada disebelahnya hingga segalanya kembali normal. Tidak sampai 5 menit, keadaan pasien berangsur-angsur membaik dan tenang. Amanda kembali memeriksa keadaan pasien nya dengan teliti, beberapa orang memperhatikan cara kerja Amanda yang cepat dan tepat tersebut. Setelah itu, Amanda kembali menjahit luka yang terbuka dengan bantuan Nesya.
"Dok apa kita perlu membawa pasien kembali ke ruang operasi?" tanya Suster dengan nametag bertuliskan Anita dengan tatapan khawatir.
"Tidak perlu, hanya beberapa jahitan yang terbuka, jadi resiko infeksinya tidak besar." jawab Amanda menenangkan, Ia beralih menatap Nesya. "Nes, bisa bantu gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
Romance⚠Cerita mengandung ke uwu-an yang maksimal. (16+) Hati-hati diabetes! (Watch out typo alert) Amanda Clarissa Hernandez adalah seorang dokter bedah muda cantik yang harus berurusan menghadapi seorang Abraham Saddam Erlando, CEO tampan namun memiliki...