18

3.6K 153 112
                                    

Di Parkiran Rumah Sakit. 

"Aku sudah melakukannya... " kata wanita itu kepada seseorang berkacamata hitam didepannya. 

Seseorang itu menyeringai dengan licik dan mengeluarkan sebuah amplot cokelat yang berisi cek melalui jendela mobil. "Bagus, ini upah kerjamu. Sesuai yang kujanjikan." 

Wanita itu tersenyum cerah, "Aku senang melakukannya, karena aku mendapatkan uang yang sangat banyak, walaupun aku akan lebih senang lagi jika melihat pasien itu meninggal ditangannya." jawab wanita itu. 

"Ini baru permulaan! Kau harus berhati-hati agar tidak ketahuan, kau mengerti? " ucap seseorang tersebut tajam sambil menutup jendela mobilnya dan berlalu pergi. 

***

Hari itu Amanda benar-benar tidak pulang, ia terus memantau kondisi Pak Ardan walaupun hanya berupa informasi dari suster-suster yang menjadi rekan kerjanya di bangsal VIP. Amanda bernapas lega saat mengetahui Prof. Frans memilih Nesya  sebagai dokter pengganti dirinya yang menangani kondisi Pak Ardan untuk sementara waktu. 

Amanda bersyukur ketika Nesya memberitahukan kepada dirinya bahwa keadaan Pak Ardan sudah berangsung-angsur membaik, Nesya juga mengatakan kalau Pak Ardan sempat mencarinya, namun seperti yang sudah Amanda duga, istri Pak Ardan pasti akan mencegahnya. 

Amanda sudah mencoba mencari bukti melalui CCTV semalam saat keadaan rumah sakit mulai sepi, namun berita mengenai kejadian di ruang pemulihan sepertinya sudah tersebar, sehingga para security dan penjaga melarang Amanda untuk melihat rekaman CCTV mencegah apabila Amanda benar-benar melakukannya dan mencoba menghilangkan bukti rekaman CCTV.

Amanda mengemasi barang-barang yang terdapat diruangannya kedalam sebuah box organizer dengan telaten. Amanda membuka lokernya dan menemukan buku-buku kedokteran yang ia gunakan untuk belajar setiap kali ada waktu luang di Rumah Sakit. 

Ia tersenyum sambil mengusap salah satu buku bedah kedokteran yang sampulnya sudah compang-camping karena selalu ia gunakan untuk belajar agar mimpinya tercapai untuk menjadi dokter bedah terbaik. Amanda merasa marah dan kecewa kepada dirinya, hatinya terasa sesak diperlakukan tidak adil seperti ini, tanpa terasa air mata mengalir di pipinya. 

Suara pintu dibuka terdengar, Amanda menghapus air matanya cepat dan menoleh ke sumber suara. 

"Manda, lo...... " ucap Tarisa yang tercengang didepan pintu sambil menatap Amanda yang mengemasi barang-barangnya. 

Amanda tersenyum sambil merentangkan tangan selebar-lebar nya dan menarik Tarisa kedalam pelukannya untuk menyembunyikan wajahnya yang habis menangis dari Tarisa.

"Risssssss, lo tau gak sih gue kangen paraaah sama looooo!" oceh Amanda asal.

Tarisa yang belum mendapatkan jawaban mengernyit heran, "Manda, plis jawab gue! ish lepas duluuu. Lo enggak pulang dari kemarin?" ujar Tarisa sambil mendorong Amanda pelan dan menatap Amanda lekat-lekat. 

Amanda hanya meringis memamerkan gigi-gigi putihnya yang tersusun rapi, "Tenang ris, gue masih wangi kok walaupun belom mandi dari kemarin ehehehe.... " 

Tarisa hendak membuka mulutnya, ketika Nesya menghambur masuk dan memeluk Amanda. 

"Manda, mau lo pindah kemana tetep ruangan ini terbuka buat lo!" rengek Nesya yang sedang memeluk Amanda.

"Lo di pindah kemana Man?" tanya Tarisa dengan raut wajah khawatir. 

Amanda tersenyum sambil membalas pelukan Nesya sebelum menjawab pertanyaan Tarisa. "Gue beruntung ris, cuma di pindahin ke Bangsal Barat, engga sampe di tendang dari ni Rumah Sakit. Jadi, gue masih bisa ngeliat temen-temen gue menderita disini.. " jawab Amanda sambil memeluk kembali kedua sahabatnya. 

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang