Pagi ini, Arkan masih berada di Apartemen orangtuanya. dia enggan pulang, dengan alasan masih rindu kepada ayah dan bundanya.
"bang, makan yang banyak!" titah Bima dengan nada lembut.
Arkan mengangguk, nafsu makan nya meningkat setelah ia menginap disini. dengan senang hati ia menikmati masakan Yasinta setiap harinya.
"aku ke sekolah dianterin siapa? motor aku kan lagi di bengkel" tanya Arkan pada Yasinta dan Bima.
"sama ayah aja, pagi ini ayah gak terlalu sibuk" Bima menjawab.
"nanti siang, bunda yang jemput. sekalian temenin bunda belanja ya bang" Yasinta ikut membuka suara ditengah sarapan mereka.
"siap bun, lagian bosen kalo langsung pulang"
Yasinta dan Bima tersenyum, mereka bahagia empat hari ini Arkan menginap. seolah penat mereka meluap karena hadirnya Arkan. tapi, mereka sangat lupa jika masih memiliki anak kecil dikeluarganya.
Jika di Apartemen suasananya hangat, maka dirumah adalah kebalikannya. rumah megah ini begitu dingin dan sunyi, seakan kehidupan didalamnya gelap. apa karena hanya Adrain yang mengisi rumah itu?.
Ezra berusaha menelan sarapan yang disiapkan bi Ira. meskipun mual, ia memaksakan bubur lembek itu masuk kedalam perutnya.
bi Ira menawarkan diri untuk menyuapi Ezra, namun anak itu menolaknya dengan halus. alhasil, kini ia sedang berusaha menahan hasrat ingin muntahnya.
Tubuhnya masih agak demam, kepalanya masih pening, dan nafasnya masih sesak. tapi ia diwajibkan sekolah untuk mengikuti tes akselerasi yang dilakukan hari ini.
Sayang jika ia melewatkan kesempatan bagus ini, siapa tau ayah dan bunda bisa meliriknya kan? dan kembali pulang secepatnya.
"bu aku berangkat sekarang ya" Ezra menyalimi tangan bi Ira, wanita itu mengelus rambut Ezra singkat.
"hati-hati ya nak, bu Anjani sudah tau kamu sedang sakit. ingat ya, pulang sekolah pak Iwan langsung jemput jadi langsung pulang" nasihat bu Ira membuat Ezra tersenyum, setidaknya ia masih memiliki beliau yang sangat peduli padanya.
"iya bu, Assalamualaikum" pamitnya
"Waalaikumsalam"
Dengan balutan hoodie bergambar Ironman, Ezra duduk dikursi belakang mobilnya yang akan dikendarai oleh Pak Iwan.
"sudah siap den?" tanya pak Iwan
dengan senyum dibibir pucatnya, Ezra hanya mengangguk.
Selama diperjalanan Ezra hanya diam, jujur ia gugup dengan tes ini. meskipun ia mampu tapi hasilnya tidak ada yang tau, semoga saja tidak mengecewakan.
"aden hati-hati ya, kalo ada apa-apa bilang sama bu guru" kata pak Iwan.
"iya pak, nanti kalo ada apa-apa Ezra langsung bilang kok"
Setelahnya, Ezra segera menuju ruang kelasnya. didalam sana masih ricuh karena bel masuk belum berbunyi.
Ezra yang masih merasa pusing, menenggelamkan kepalanya dilipatan tangan dengan nyaman beberapa menit, sampai bel masuk berbunyi dan bu Anjani datang.
"Ezra, segera keruangan tes. beberapa menit lagi tes nya akan dimulai" ujar Anjani yang dipatuhi Ezra, ia segera menyiapkan alat tulis dan pergi menuju ruangan yang dimaksud.
"semangat Ezra" teriak teman-temannya dari kelas III A, memberikan semangat kepada Ezra.
Sesampainya disana, ia duduk dikursi yang telah diberi nama dirinya. ternyata, yang mengikuti tes ada sepuluh orang. lima dari kelas III dan lima dari kelas IV.
"hai Ezra" sapa Kenzi, siswa kelas III B yang kebetulan kenal dengan Ezra karena beberpaa kali mengikuti Olimpiade bersama.
Seorang guru berkacamata memasuki ruangan, diikuti tiga guru lainnya. mereka membawa beberapa kertas soal untuk diisi.
"baik anak-anak, saya ibu Kaila akan langsung membagikan soal, setelah bel nya berbunyi kalian langsung kerjakan selama waktu yang telah ditentukan. jumlah pelajarannya ada empat dan kalian wajib mengisi semuanya" ujar wanita berkacamata yang diketahui bernama Kaila tersebut.
Seteleh bel berbunyi, semua siswa mengisi soal dengan serius dan hening. begitupula Ezra yang berusaha fokus mengerjakan setiap soal yang diberikan, meskipun keadaan tubuhnya tidak terlalu mendukung.
Sambil berpikir, ia pun berdoa agar keadaannya baik-baik saja sampai tes berakhir. semalaman belajar juga membuat matanya mengantuk, tapi ia tetap berusaha fokus.
Ezra meremas dadanya yang nyeri, ia mencoba tenang dan menarik nafas. waktu pengerjaan sekitar satu setengah jam lagi dan ia masih memiliki dua pelajaran yang belum dikerjakan.
Dalam pikiran dan hatinya, Ezra terus memikirkan ayah dan bunda. itu berhasil membuat ia lebih semangat dan ingin segera menyelesaikan semua soal tersebut.
Yasinta dan Bima menjadi penyemangat Ezra meskipun mereka berdua tidak tahu jika Ezra sedang berusaha mati-matian menahan nyeri diseluruh badannya, agar dapat membanggakan kedua orangtuanya.
bu Kaila melihat Ezra yang masih meremas dadanya, ia menghampiri anak itu dan bertanya.
"kamu tidak apa-apa?" tanya Kaila, ia menunduk memperhatikan wajah pucat Ezra.
Ezra mendongak, ia sedikit takut jika keadaannya terlalu memprihatinkan dan membuat bu Kaila iba. ia sungguh tidak mau dikasihani.
"sa- saya baik baik saja bu" jawab Ezra dengan nada yang dibuat sebaik mungkin.
"apa benar? jika kamu sakit tidak usah memaksakan dan boleh istirahat di UKS" kata bu Kaila yang memang tidak percaya.
Ezra menggeleng rusuh, "benar bu, saya baik-baik saja dan saya akan menyelesaikan tes nya" Ezra berbicara mantap.
Kaila mengangguk, "baiklah, tapi jika sudah tidak kuat segera bilang pada ibu, ya?" Ezra mengangguk dan kembali mengerjakan soal dilembarannya.
Dua setengah jam telah usai, begitupun tes nya. Ezra menghela nafas lega, ia segera mengambil Inhaler dari saku jaket dan menyemprotkannya beberapa kali untuk meredakan sesaknya.
Ezra dan Kenzi berjalan beriringan untuk kembali menuju kelas. mereka mengobrol mengenai beberapa soal yang sulit dikerjakan.
"iyasih nomor itu aku gak nemu, jadi aku pilih yang mendekati aja" kata Kenzi sambil mengingat sulitnya soal matematika tersebut.
"aku lupa menjawab yang mana, tapi sudahlah aku yakin kamu akan lolos" ujar Ezra meyakinkan.
"hmm dan kamu juga" Kenzi menepuk punggung Ezra yang akan masuk kedalam kelasnya.
Mereka berpisah dipintu masuk kelas III C, Kenzi masuk duluan kekelasnya dan Ezra harus berjalan beberapa meter lagi.
Ezra menggelengkan kepalanya yang mendadak pusing. ia berpegangan pada dinding disebelahnya, tapi tak lama semuanya gelap dan tubuhnya menghantam lantai yang dingin.
Teriakan histeris beberapa siswa yang melihat Ezra jatuh pingsan mengalun dipendengarannya, tapi ia sukar bangun karena tubuhnya sangat lelah.
Mungkin untuk beberapa jam kedepan, Ezra ingin tidur agar sakitnya segera hilang.
Beberapa guru yang datang segera membopong tubuh kecil itu ke UKS, termasuk bu Anjani yang terlihat begitu khawatir.
Sampainya di UKS, Ezra segera diberi pertolongan oleh dokter UKS karena ternyata pernafasan Ezra tidak lancar.
bu Anjani segera menelpon Ira yang tadi pagi menghubunginya perihal kondisi kesehatan Ezra.
hai haii maafkan apabila banyak typo yaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
adrain [sudah terbit]
Teen FictionNamanya Ezra Langit Adrain, yang berarti pertolongan langit gelap. tidak begitu salah sang ibu memberi nama demikian. dengan membaca kisahnya, orang-orang akan paham kenapa.