perpisahan

5.8K 483 25
                                    

Hujan yang terus mengguyur kota Jakarta akhir-akhir ini membuat udara semakin dingin. Adrain yang memiliki beberapa riwayat sakit pernapasan, terkena imbas buruknya.

Semua anggota keluarga menjadi sangat khawatir, terlebih anak itu yang kadang sulit diatur untuk kebaikannya. seperti hal kecil, menolak memakai jaket atau telat minum obat.

Dari kemarin sore, Adrain banyak menangis. entah apa yang membuat suasana hati anak itu tidak baik, yang pasti semua orang dibuat khawatir olehnya.

Sebenarnya, Adrain sendiri pun lelah dengan tubuhnya. ia ingin seperti anak lainnya yang tidak lemah jika berhadapan dengan udara dingin. bermain hujan sambil menunggu jemputan, atau bahkan tidak merasakan bagaimana sulitnya jika sakit itu menyerang.

Mungkin itulah sebabnya akhir-akhir ini anak itu banyak murung dan berakhir menangis. Yasinta sampai tidak bisa meninggalkan putranya itu barang sedikitpun, karena Adrain yang makin sering menangis.

Tidak hanya Bima dan Yasinta yang merasa khawatir bercampur bingung, namun Sikembar dan Arkan pun merasakannya.

Bahkan Fano beberapa hari menemani Adrain dirumah. karena tiga hari kemarin, Bima harus memenuhi perjalanan bisnis dan meninggalkan Adrain serta Yasinta.

Sampai hari ini, Fano belum masuk ke kantor. padahal kemarin malam Bima sudah tiba dirumah.

Yasinta membangunkan Adrain pukul sembilan. setelah solat subuh, Adrain kembali tidur karena demam. sebenarnya dari semalam anak itu mengeluh sesak dan pusing, namun menolak dibawa ke Rumah Sakit.

Karena kebetulan hari ini jadwal anak itu check up, Bima dan Yasinta tidak menelpon dokter Reza untuk datang kerumah. mungkin antara Adrain kembali dirawat atau tidak bersekolah selama beberapa hari.

Kening yang sebagian masih ditutupi plester penurun panas itu diusap lembut oleh Yasinta, demamnya sudah turun. namun wajah Adrain masih pucat dengan mulut terbuka seakan ingin banyak mengais oksigen.

Satu jam yang lalu, Adrain menangis karena tidak ingin memakai nasal kanula. Bima berusaha menenangkan putranya, namun Adrain benar-benar ingin melepas alat pernafasannya tanpa alasan. padahal semalam ia mengalami sesak nafas beberapa kali, sampai Bima dan Yasinta begadang.

Namun, keduanya luluh dan melepaskan nasal kanula. sejauh ini, putranya baik-baik saja tanpa alat pernafasan tersebut.

Putranya sedikit terusik merasakan sentuhan lembut Yasinta, membuat wanita itu tersenyum.

Benar kata orang-orang, jika putranya sangat menggemaskan bahkan saat sedang tidur. kenapa dulu ia bisa hampir menelantarkan putranya?

Ah, mengingatnya membuat Yasinta kembali menyesal.

"adekk" panggil Yasinta lembut, suaranya mengalun bersama cahaya matahari pagi, diudara yang cukup dingin.

Adrain membuka matanya perlahan dipanggilan keempat, tersenyum melihat bundanya yang juga tersenyum hangat pagi ini.

Yasinta merasa lega, akhirnya tidak ada tangisan lagi.

"bangun yu sayang, sarapan terus minum obat dulu" Yasinta membantu putranya duduk, ia tau pusing itu belum hilang.

Setelah dirasa nyaman, Yasinta memberikan segelas air putih. lalu ia menyuapi putranya dengan telaten, meskipun rewelnya kembali hadir.

"gamauu paittt" rengek anak kecil itu.

Fano yang mendengar rengekan adiknya, ikut duduk disofa kamar orangtuanya.

"sedikit aja ya? yu kan adek pinter, jadi aaakk dulu nak" rayu Yasinta.

adrain [sudah terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang