kids time

5.3K 459 28
                                    

Kini Adrain dan Arkan tengah berada dikamar Fano, menunggu kakaknya yang masih berada dikantor.

"udah telepon kakaknya?" tanya Adrain, lagi.

Ini sudah keempat kali anak itu bertanya, membuat Arkan kesal tapi tetap sayang. dirinya menarik nafas "udah dek, kan barusan nelpon kak Fano nya sama adek"

Adrain menatap kearah abangnya yang sedang duduk disofa kamar Fano. "tapi kakaknya lamaa, masa dikantor terus"

Arkan tersenyum, "kakak kan sibuk, jadi dikantor terus lama. sebentar lagi pulang kok, adek sabar yaa" ucap Arkan dengan lembut, berharap adiknya mengerti.

Adrain hanya mengangguk dan kembali bermain dengan Ipad nya, melupakan kekesalannya menunggu Fano.

Arkan juga kembali fokus mengerjakan tugasnya, bersama laptop dan beberapa makalah tahun lalu yang ia dapatkan dari para kakak kelasnya.

Jangan heran, Arkan itu termasuk murid yang friendly kepada siapapun terlebih kakak kelas. bahkan dengan alumni pun, ia dikenal banyak berteman.

Mereka tidak menyadari kedatangan Yasinta yang membawa dua mangkuk berisikan buah mangga yang telah dipotong dadu. sampai suara piring yang beradu dengan meja kaca, menyadarkan keduanya.

"fokus banget sih" ujar Yasinta, ia menghampiri Adrain sambil membawa satu mangkuk ditangannya.

"adek makan buah ya, bunda suapin" Adrain menatap Arkan yang telah menikmati buahnya, ia menggeleng menanggapi ucapan bunda Yasinta.

"loh, kan jam segini biasanya adek makan buah?" Yasinta terlihat bingung.

"bukan bunda, adek mau makan sendiri aja kayak bang Arkan" jelas Adrain, yang disambut senyum hangat bundanya.

"yaudah, tapi makan nya pelan-pelan aja ya. sama hati-hati kena sprei nya kakak"

Yasinta mengelus rambut Adrain, sedangkan anak itu mulai memakan buahnya dengan bantuan garpu.

"bang sibuk banget ya?" Yasinta bertanya pada putra ketiganya.

"enggak terlalu sih bun, lagian ada beberapa bagian yang belum aku cari. jadi mau ditunda buat besok aja" jawab Arkan sambil menyuapkan mangga manisnya.

"yaudah, bunda titip adek ya? bunda mau kebawah nemenin ayah"

"iya bunda, sana pacaran lagi sama ayah. mumpung belum tua tua amat" Arkan tertawa setelahnya.

"kamu ya, bilangin loh sama ayah" Yasinta terkekeh malu dan bergegas pergi.

Sedangkan Adrain yang mendengarnya, menatap keduanya bingung. terlebih pada Arkan.

"abang" panggil Adrain.

"hmm?" Arkan mengalihkan pandangannya dan menaruh laptopnya.

"pacaran itu apa?" tanya Adrain dengan wajah polosnya.

Arkan menepuk jidatnya, ia lupa ada anak kecil disini. harus menjawab apa ia kepada adiknya ini, tidak mungkin menjabarkan secara jelas pacaran itu apa.

Namanya anak kecil, takut jadi salah pemahaman. kini Arkan yang bingung menjawab apa, sedangkan sikecil memandangnya sambil menikmati buah mangganya.

"itu, kenapa adek mau tau?" tanya Arkan ragu-ragu.

"kan adek gatau, baru denger kayaknya" benar, adiknya ini didikan baik ayah dan bunda.

Kalau saja bunda masih disini, ia bisa santai dan pastinya Yasinta yang akan menjelaskan dengan baik. mungkin tadi bundanya lupa dan terburu-buru, sehingga tidak menyadari kata dalam ucapan Arkan.

adrain [sudah terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang