Pagi ini, Fino dibuat khawatir oleh adiknya, siapa lagi kalau bukan Adrain.
Dari kemarin, anak itu menolak menerima suapan makanan terutama nasi atau bubur. semua orang telah berusaha merayu anak kecil itu agar mau memakan sesuatu, selain biskuit.
Selain biskuti, Adrain juga menjadi lebih sering meminum susu daripada air putih. padahal, sudah jelas jika hal itu tidak baik untuk kondisi tubuhnya.
Hal ini dimulai, saat Bima dan Yasinta tak kunjung pulang. mereka meninggalkan Adrain, total sudah tiga hari. membuat anak itu rewel dan sering menangis.
Jelas, kondisi Adrain yang diharapkan bisa lebih baik. malah dikatakan menurun, akibat kurangnya asupan dan kelelahan.
Fino bahkan rela meninggalkan beberapa pasiennya, setelah diberi izin oleh pihak Rumah Sakit.
Kondisi sang adik yang menurun, membuat ia enggan pergi kemanapun dari sisi Adrain.
Meskipun ada Hana dan Fikri, hatinya tetap tidak bisa meninggalkan adiknya.
Berbeda dengan Fano yang harus bekerja dua kali lipat, karena harus menggantikan tugas ayahnya selama tiga hari ini.
"adek, makan yaa sedikit aja" rayu Hana dengan nada yang sangat lembut.
Selain Fino, ada Hana dan Fikri yang tak kalah khawatir.
Adrain hanya menggeleng, seribu rayuan mereka tak membuatnya mau membuka mulut.
Dua hari ini, Adrain benar-benar tidak mengonsumsi makanan berat seperti nasi, diberi bubur bayi yang memiliki rasa dan wangi pun, ia masih menolaknya.
"dek, nanti bunda sedih loh kalo adek gak makan" ujar Fino, yang kini mendekat kearah brankar si adik.
"bunda kemana? bunda udah gak sayang lagi ya, sama aku?" tanya Adrain dengan lirih.
Inilah sebab dirinya malas untuk makan, pikirannya selalu tertuju pada ayah dan bunda.
Adrain takut, ia sangat takut jika mereka kembali menelantarkannya. dan tentunya hal itu tak ingin sampai terjadi.
Meskipun, dulu ia bisa bertahan tanpa adanya perhatian dari mereka. namun, jika hal itu kembali terjadi, Adrain benar-benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan.
Sungguh, ia tidak mau lagi diterlantarkan oleh mereka. merasakan pahitnya kesendirian, dan tanpa ada sandaran siapapun.
Tidak! Adrain membutuhkan mereka sekarang. ia tidak akan bisa hidup tanpa adanya kasih sayang dan perhatian bunda.
"adek" panggil Fikri, anak itu terus melamun daritadi, membuat mereka yang berada didalam ruangan khawatir melihatnya.
"gamau!" ucapnya, dengan nada yang cukup tinggi namun juga lirih.
Hana, Fikri, dan Fino tentunya terkejut dan bingung dengan apa yang terjadi pada Adrain.
"hei kenapa?" tanya Fikri lembut, ia mencoba menenangkan cucu kecilnya.
Tapi tiba-tiba Adrain kembali menangis, padahal saat bangun tidur barusan, ia juga sempat menangis karena mendapati bundanya belum pulang.
Fino segera memeluk Adrain, ia sebisa mungkin menenangkannya agar hal buruk tak terjadi.
Kondisi Adrain makin menurun, apabila terus seperti ini. maka dokter Reza dan Fino tidak menjamin Adrain bisa pulang dengan cepat, sesuai rencana.
Mereka juga akan memberikan perawatan yang lebih intensif. bagaimanapun, penyakit Adrain terus berkembang ditubuh anak itu.
Tiga hari ini, Adrain tidak bisa melepas nasal kanula nya, karena setiap tarikan nafasnya tidak dapat ia lakukan dengan baik.
Benar saja, beberapa menit menangis. nafasnya langsung terdengar sesak dan sulit. Fino segera memberikan pertolongan, meskipun agak kesusahan karena adiknya masih terus menangis karena sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
adrain [sudah terbit]
أدب المراهقينNamanya Ezra Langit Adrain, yang berarti pertolongan langit gelap. tidak begitu salah sang ibu memberi nama demikian. dengan membaca kisahnya, orang-orang akan paham kenapa.