Pagi ini, Ezra bangun lebih pagi. setelah menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim, ia segera bersiap untuk pergi ke sekolah.
Umurnya baru sembilan tahun, tapi dirinya sudah lebih mandiri dibandingkan anak lain seusianya. terbiasa ditinggalkan oleh ayah dan bunda, membuat ia juga terbiasa melakukannya sendiri.
Setelah membaca buku sebentar, Ezra memberskan keperluannya disekolah tidak lupa juga ia membawa Inhaler yang wajib ia bawa kemanapun.
tok tok
seorang wanita paruh baya berseragam pelayan memasuki kamarnya setelah mengetuk pintu. senyumnya yang teduh dapat menghangatkan perasaan Ezra.
"ayo den sarapan, ibu sudah siapkan makanan kesukaan aden" katanya lembut, tutur kata wanita itu selalu disukai Ezra tidak pernah ada kesal dalam bicaranya.
"iya bu, Ezra sebentar lagi turun" jawabnya dengan senyum. wanita itu mengangguk dan keluar dari kamar tun muda kecilnya.
Ezra menghela nafasnya, padahal ia berharap bunda yang datang. setiap pagi ia selalu berharap bunda membangunkan dan menyuruhnya sarapan. tapi nyatanya tidak, semenjak ia masuk SD dan bunda semakin sibuk dengan pekerjaannya.
Ezra segera turun ke lantai bawah, mungkin nanti bundanya akan melakukan itu padanya. ya, semoga saja.
"selamat pagi kak" sapa Ezra pada kakak pertamanya, Alfano Raditya Arsyad. seorang CEO muda yang super sibuk dan pagi ini dirasa aneh melihatnya duduk dimeja makan.
"hm pagi, ayo sarapan" katanya, sambil tetap fokus pada ponsel pintarnya. Ezra mengangguk saja.
pelayan menyiapkan nasi goreng dan telur orak arik di piring Ezra. makanan kesukaan Ezra dari ia kecil. "terima kasih" katanya pada pelayan itu, yang dibalas anggukan hangat.
Ezra menikamati sarapannya, sambil memperhatikan Fano yang terus saja sibuk didepannya.
"kak, kata bu Anjani aku ditawari akselerasi buat naik ke kelas lima. tapi katanya sekarang masih nunggu surat keputusan buat orangtua. terus kalo nanti suratnya udah keluar, suruh bunda pulang ya?" kata Ezra mencoba menarik perhatian kakaknya.
"hm bunda lagi sibuk dek, proyek barunya bener-bener gede kali ini. kamu jangan manja ya, kasian bundanya nanti" jawaban yang diberikan Fano tidak sesuai dengan pertanyaan yang Ezra berikan. maksud Ezra adalah kakaknya harus tau jika ia ditawari ekselerasi, apa kakaknya tidak bertanya apa saja yang akan dilakukannya? atau mungkin siapa saja yang ikut?.
"iya kak maaf" Ezra menunduk dan melanjutkan sarapannya.
"pagi semua!" ucap seseorang, siapa lagi kalo bukan Arkan kakak ketiganya Ezra.
"pagi" jawab serempak Fano dan Ezra.
Arkan duduk, namun ia merasa meja makan terlalu sepi. padahal memang biasanya sepi karena kedua orangtua mereka tidak pernah lagi sarapan dirumah. lebih tepatnya, mereka jarang sekali pulang dan lebih memilih tinggal di Apartemen.
"kak Fino kemana?" tanya Arkan.
"ada jadwal operasi di RS, oh ya Ar kata bunda nanti bunda usahain buat dateng ke rapat disekolahan kamu. telpon aja bunda beberapa menit sebelum rapat" ujar Fano pada adik kandungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
adrain [sudah terbit]
Teen FictionNamanya Ezra Langit Adrain, yang berarti pertolongan langit gelap. tidak begitu salah sang ibu memberi nama demikian. dengan membaca kisahnya, orang-orang akan paham kenapa.