29062024
Selamat membaca 😍
🐝🐝🐝
Apakah ini bisa disebut dengan reuni para mantan? Momennya kok ya sangat kebetulan sekali. Atau sebenarnya ini disengaja?
Nefa hanya diam dan menanggapi seperlunya saja pembicaraan antara Erga, Kirana dan Jihan apabila salah satu dari mereka menyebut namanya dalam pembicaraan itu. Selebihnya Nefa memilih untuk menyibukkan diri. Entah itu dengan mengaduk jus alpukat, menarik tisu dan mengelap meja di depannya yang basah oleh tetes air dari dinding gelas atau pura-pura mengecek pesan padahal tidak ada satupun pesan masuk. Bahkan terbesit dibenak Nefa untuk membantu mbak-mbak pramusaji yang nampak kerepotan melayani para pembeli. Yang penting dia tidak berada di lingkaran masa lalu Erga. Gondok banget gak sih?
"Gimana mbak Nefa?" Tanya Jihan yang sekarang tampil tertutup dengan jilbab warna lavender dan gamis warna senada.
"HAH? Kenapa? Maaf...maaf, saya-"
Tangan Erga menyusup dari balik meja dan menggenggam tangan Nefa yang ada di atas paha. "Jihan menawarkan diri untuk jadi seksi pembantu umum di acara pernikahan kita."
Kedua alis Nefa terangkat. Dia bingung karena kenapa tiba-tiba membahas masalah pernikahan? Lamaran aja belum woy!
"Masih lama mbak Jihan, saya masih harus menyelesaikan kuliah saya dulu." Jawab Nefa sambil meringis.
"Lho? Mba masih kuliah?" Tanya Jihan terkejut.
Nefa mengangguk. "Pascasarjana mbak."
"Oohhh...hhhh."
"Nanti wedding cake nya dari gue deh. Free."
"Eh?" Nefa langsung menoleh ke arah Kirana.
Apapula ini? Kita yang mau menikah kenapa mantan-mantan Mas Erga yang antusias sekali?
"Beneran Ki? Alkhamdulillah, lumayan berkurang pengeluaran gue!"
"Mas!" Tegur Nefa. "Makasih loh mbak Kirana tapi jangan free lah, kita bayar."
"Halaaahh. Gapapa Nef, anggap aja ini hadiah pernikahan kalian. Toh Mas Erga papanya Kevin, berarti keluarga gue juga."
Iya deh papanya Kevin. Kasih penekanan ya, catet! Papanya Kevin.
"Kapan sih kira-kira?" Tanya Jihan.
"Yang jelas hari Sabtu lah. Soalnya para pegawai libur kan hari Sabtu-Minggu. Jadi ambil hari Sabtunya aja."
Dan Nefa cuma bisa ngowoh mendengar jawaban Erga. Dia menoleh ke arah dua wanita di hadapannya lalu mengubah ekspresinya menjadi tersenyum garing. Tangannya mencubit paha Erga dari balik meja.
"Sa-kit Sayang." Bisik Erga tepat di telinga Nefa.
"Makanya jangan asal ngomong." Desis Nefa.
Percakapan mereka masih berlanjut hingga sosok pria bersnelli dengan stetoskop menggantung di lehernya berjalan mendekati meja Nefa.
"Sudah selesai Jihan?" Tanya sang dokter.
"Eh. Sudah selesai visit nya?" Tanya Jihan dan dibalas dengan anggukan oleh sang dokter. "Um..mmm, mas Erga ingat? Ini dokter Alfa, yang dulu antar aku berobat di Belanda. Mbak Nefa, mbak Kirana kenalkan dokter Alfa."
Dokter Alfa menjabat tangan Erga, Kirana dan Nefa bergantian sambil memperkenalkan diri.
"Sudah selesai kok. Kita bisa pulang sekarang." Ucap dokter Alfa. Sebelah tangannya tampak nyaman nangkring di pundak Jihan. Pun Jihan tidak merasa risih.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Romantic Crush (TAMAT) ✅
Roman d'amourErga Rafardhan Adhitama, atau biasa dipanggil Erga oleh sahabat-sahabatnya. Cowok paling rame, paling care, paling bisa memecah suasana dan pemilik mulut kayak 'akun lambe'. Si paling santai dalam menjalani hidup. Namun siapa sangka kalau pilihannya...