First moment.

1.5K 158 15
                                    

I like your eyes, you look away when you pretend not to care. I like the dimples on the corners of the smile that you wear.

----

"Aw!" Pekik seorang gadis ketika sebuah bola dengan mulus menyentuh hidung mancungnya.

Merasa ada sesuatu yang mengalir dari rongga hidungnya, ia lantas mengusap hidungnya pelan. Dan benar! Berkat bola putih polos itu hidungnya harus mengalami mimisan sekarang. Shit!.

Dengan kasar Rosé mengambil bola yang sudah melukai hidung mancungnya itu. Berdecak pinggang dengan nafas memburu sembari mengangkat bola yang berada di tangan kanannya, ia menatap satu persatu kumpulan murid laki-laki yang sedang bermain bola di lapangan tadi.

"Siapa tadi yang menendang bola ini?" Dengan nada sedikit berteriak Rosé bertanya kepada kumpulan murid laki-laki yang hanya bergidik mengeri sembari menatap Rosé takut.

"Aku yang menendangnya. Maaf." Lelaki berseragam olahraga yang tiba-tiba datang disamping Rosé dengan tidak sopan merebut bola yang berada di tangan kanan Rosé.

Hanya lirikan mata yang ia berikan kepada gadis di depannya, sebelum berlalu kembali ke lapangan.

"Hei, kau tahu gara-gara bolamu itu hidungku berdarah" Lagi, Rosé harus kembali berteriak untuk menghentikan langkah laki-laki yang tidak memiliki sopan santun itu.

Choi Beomgyu, lelaki itu berbalik badan kembali menatap Rosé yang masih memberikan tatapan tajamnya sedaritadi. Sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman kecil, senyuman yang memperlihatkan lesung pipinya dan berhasil membuat Rosé terpaku.

"Kurasa kau tidak akan mati hanya karena hidungmu terkena bola." Tatapan Rosé yang tadinya sudah melembut kini kembali menajam lagi karena jawaban bocah yang berstatus sebagai juniornya itu.

"Tapi setidaknya kau harus meminta maaf dengan sopan?!!"

"Hei!! Aku ini sunbaemu!!!"

"Hei!! Bocah berhenti disana!"

"Berhenti disana atau aku akan membunuhmu!!"

"Dasar bocah tidak tahu sopan santun! HEI!!!!"

Teriakan demi teriakan yang Rosé lontarkan tidak lagi menghentikan langkah Beomgyu yang berjalan ke tengah lapangan.

Beomgyu hanya menampilkan senyuman mengejek mendengar teriakan sunbaenya yang cukup populer dikalangan kaum Adam di sekolahnya itu.

Karena suara 8 oktafnya, Rosé merasa malu sendiri sekarang. Bagaimana tidak, sekarang ia menjadi pusat perhatian orang orang disekitarnya. Dengan kesal Rosé berjalan ke kelasnya, tidak lupa dia menutup wajahnya dengan satu tangan karena rasa malunya saat ini.

Dari kejauhan Beomgyu memperhatikan Rosé yang berlalu meninggalkan taman sekolahan. Sekembalinya ia ke tengah lapangan, matanya tidak bisa lepas dari sosok gadis yang sudah ia buat kesal tadi. Sorot matanya menampilkan kekhawatiran pada gadis itu.

-------

"Rosé kau darimana saja? Kita tadi menunggumu di kantin cukup lama." Sebelum menjawab pertanyaan dari gadis berambut sebahu yang merupakan sahabatnya, Rosé lebih dulu mendudukkan pantatnya di kursinya.

"Wait, hidungmu kenapa merah seperti ini?" Gadis lain yang duduk disebelah Rosé ikut memberikan pertanyaan kepada gadis chipmunk itu.

"Ini semua gara-gara bocah tidak tahu diri itu. Sama sekali tidak memiliki adab." Mimik wajah Rosé kembali kesal saat mengingat kejadian tadi. Mengingat bocah sialan itu seakan membuat kepala Rosé muncul tanduk.

"Siapa yang berani membangunkan singa tidur dalam diri primadona sekolah kita ini?" Lisa, gadis berambut sebahu itu terkekeh kecil melihat wajah kesal Rosé.

"Aku tidak tahu namanya siapa, tapi dia sangat menyebalkan. Wajahnya tidak memiliki ekspresi, nada suaranya sangat dingin. Tapi... Saat tersenyum dia sangat manis, bahkan 1000 kali lebih manis dari laki-laki lainnya." Rosé mengembangkan senyumnya sembari memandang kosong kedepan kala mengingat senyuman sosok laki-laki yang berani bersikap tidak sopan padanya tadi.

"Look! Kau sekarang senyum senyum sendiri. Bahkan memujinya, padahal belum ada 5 menit kau mengatainya tadi." Jennie menggelengkan kepalanya melihat kelakuan salah satu sahabatnya ini.

"Aku serius. Dia sangat manis saat tersenyum." Rosé menatap Jennie protes sembari mengerucutkan bibirnya. Mungkin jika laki-laki yang melihat itu akan terkesan imut, tapi tidak bagi kedua sahabatnya.

"Aku jadi penasaran siapa bocah itu.." Lisa melirik Rosé sekilas sebelum melanjutkan kembali kalimatnya.

"Bocah mana yang sudah berani membuat hati Rosé berantakan dan membuatnya uring-uringan." Lisa dan Jennie tertawa kecil melihat wajah gelagapan Rosé.

Rosé memalingkan wajahnya menghadap ke arah lapangan. Jika kedua sahabatnya ini melihat pipinya yang bersemu merah mereka pasti akan mengolok-oloknya.

"Hatiku tidak berantakan karenanya. Dan jika kalian ini tahu siapa laki-laki itu. Dia, laki-laki yang menggiring bola itu, adalah bocah yang kumaksud." Rosé menatap kedua sahabatnya sekilas, tangannya menunjukkan sosok lelaki yang sedang menggiring bola di tengah lapangan.

Lisa dan Jennie kompak menyipitkan kedua matanya melihat laki-laki yang di tunjuk Rosé. Keduanya ber-oh ria setelah mengetahui siapa laki-laki yang di maksud Rosé sedaritadi.

"Kenapa respon kalian hanya seperti itu? Kalian mengenalnya?" Rosé menatap kedua sahabatnya secara bergantian.

"Tentu saja kita mengenalnya. Dia cukup terkenal, bahkan saat MOS dulu. Dia, Choi Beomgyu, murid kelas 10 - IPA 1" Jennie membuka suara untuk memberikan jawaban atas pertanyaan Rosé.

Rosé mengangguk paham menanggapi jawaban Jennie, pantas saja kedua sahabatnya mengenal Beomgyu ternyata laki-laki itu cukup populer di kalangan wanita, terlebih kedua sahabatnya adalah anggota OSIS.

"Aku rasa...."

Rosé menggantung kalimatnya membuat perhatian Lisa dan Jennie tertuju padanya. Mata gadis chipmunk itu masih memandang lurus ke arah lapangan, dari balik kaca jendela kelasnya ia bisa menikmati senyuman tipis dari bibir Beomgyu saat ia berhasil mencetak gol ke gawang lawan.

"Aku rasa... Aku memang menyukainya."

Rosé menatap kedua sahabatnya dengan senyum yang merekah sebelum ia beranjak dari tempat duduknya meninggalkan Lisa dan Jennie yang masih tidak percaya dengan pengakuan Rosé barusan. Bagaimana bisa sahabatnya itu menyukai seseorang dengan begitu cepat? pikir keduanya.

Tbc

Lanjut ga? Kalo banyak peminatnya bakal gue lanjutin. Jangan lupa vote sama komennya, biar author semangat nulisnya nanti.

You Will Know How Much I Like You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang