Chapter 07 - Coffee

8.1K 1.4K 318
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Hari berganti, pagi ini Faresh memutuskan untuk ikut sama Jidan buat ke cafe tempat pemuda tembam itu bekerja.

Jidan sih gak keberatan, toh Faresh juga bilang kalau dia lagi gak ada kerjaan. Jadi yaudah lah, yang penting lelaki berfreckhles tersebut gak ngelakuin sesuatu yang aneh di sana, pentas kuda lumping misalnya.

Faresh yang terserang gabut pun ngerasa kesenengan, ya setidaknya kalau di cafe kan Faresh bisa numpang wi-fi, jadinya gak bakal bosen mandangin mode pesawat terus.

Keadaan café saat ini masih tergolong sepi. Biasanya suasana akan berubah ramai pas jam pulang sekolah atau saat sore menjelang malam. Gak banyak ada pekerja di sini, cuma tiga orang terhitung sama pemilik cafe sendiri. Dan Jidan merupakan salah satunya.

Lelaki dengan pipi lumer tersebut udah siap di belakang bar kopinya, lengkap dengan kemeja putih yang dibalut oleh celemek hitam. Tapi bukannya keliatan keren, Jidan malah berkali-kali lipat terlihat lebih menggemaskan.

Faresh sendiri udah asik bergrilya di salah satu tempat duduk yang terletak di pojok, cukup dengan segelas cappucino, Faresh bisa streaming sepuasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Faresh sendiri udah asik bergrilya di salah satu tempat duduk yang terletak di pojok, cukup dengan segelas cappucino, Faresh bisa streaming sepuasnya. Beberapa menit berlalu dan gak ada pelanggan yang dateng, sampai pada akhirnya suara denting dari lonceng kecil yang terpasang di atas pintu cafe terdengar, mengalihkan perhatian staff dan juga Faresh.

Jidan yang tengah mengelap beberapa peralatan menggunakan kain seketika membeku waktu ngeliat siapa yang berkunjung.

Itu Reno Adiesta, salah satu temen sang pemilik cafe sekaligus pelanggan yang sering berkunjung. Jidan sering banget merhatiin Reno tiap kali pemuda tersebut datang ke sini, dan ya, Jidan memang menaruh rasa lebih pada lelaki dengan visual gak manusiawi itu.

Faresh yang ngeliat hal tersebut cuma bisa muter bola mata males, kalau udah kayak gini Jidan pasti melakukan hal-hal konyol yang akan mempermalukan dirinya sendiri di hadapan sang pujaan hati.

Reno masuk lebih dalam, tentu setelah menarik lengkung menawan di bilah tipisnya. Jidan berdehem pelan sebelum akhirnya ngulas senyum terbaik yang ia punya, "Segelas flat white sama muffles bluberry?"

Little Space [Changlix] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang