Faresh yang baru pulang dari rumah sakit langsung mengisi daya ponsel yang udah habis. Jam menunjukkan pukul delapan malam dan gak ada penampakan Jidan sama sekali di dalam kos. Lelah, Faresh milih untuk abai lalu segera masuk ke dalam toilet guna ngebasuh tubuh yang udah lengket.
Acara mandi kali ini lumayan lama, Faresh betah ngeguyur tubuhnya di bawah shower dengan air dingin di tengah malam kayak gini. Entahlah, lelaki manis tersebut hanya ingin menenangkan diri, kepala Faresh terasa penuh dan juga panas.
Padahal dia udah berniat untuk nginep di rumah sakit, nemenin Letta serta mamanya, namun karena paksaaan dari Arum, mau gak mau Faresh balik ke kos kemudian berencana untuk kembali menjenguk kekasihnya besok.
Sungguh, untuk kali ini aja Faresh gak mau memikirkan apapun, raga juga pikirannya udah capek dengan semua hal yang terjadi akhir-akhir ini. Dengan mulut yang sedikit terbuka, air shower seketika masuk ke dalam sana lalu mengalir di tenggorokan, rasanya segar.
━━━━━━━━━ ✎ ━━━━━━━━━━
l i t t l e s p a c e
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━Faresh selesai mandi empat puluh menit setelahnya, rekor terbaru yang pernah dia cetak. Dengan kaos putih dan juga celana longgar selutut, Faresh sibuk menggosok kepala menggunakan handuk berwarna hijau pudar.
Duduk di pinggir kasur, si manis lantas menyampirkan handuk tersebut ke pundak sebelum akhirnya ngeraih ponsel yang udah terisi baterai lima puluh persen. Mencet tombol power selama beberapa detik, akhirnya benda pipih tersebut kembali menyala.
Faresh sedikit kaget ketika mendapat serentetan panggilan gak terjawab dan juga pesan yang masuk ke dalam ponselnya, gak mau nunggu lama, si mungil segera ngebuka satu-satunya kontak yang menjadi dalang di balik keributan barusan.
Brian, siapa lagi memangnya?
Mata Faresh bergerak untuk ngebaca kalimat demi kalimat yang tertera di sana. Ngehela nafas sekilas, Faresh memilih untuk mengganti bawahannya menggunakan celana training panjang lalu menyambar jaket yang tergantung di balik pintu.
Setelah ngirim pesan ke Jidan yang mengatakan kalau dirinya gak balik malem ini, Faresh segera membawa langkah untuk pergi ke apartemen Brian. Gimana pun juga, si manis gak boleh melupakan pekerjaannya sebagai seorang male nanny.
━━━━━━━━━ ✎ ━━━━━━━━━━
l i t t l e s p a c e
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━Faresh ngerasa cukup nyesel udah dateng ke sini, ternyata yang ia dapatkan hanya omelan dari pemuda tampan tersebut, ngebuat Faresh nekuk wajah sepet sejak tadi.
"Ya kan bisa minjem powerbank kalau baterai habis."
"Gue mau minjem punya siapa coba?"
"Kalau gitu lo kan bisa minjem ponsel orang buat ngehubungin gue."
Kening Faresh mengernyit samar, ini Brian lama-lama kok makin gak jelas?
Memejamkan mata sejenak, Faresh lantas memandang malas ke arah yang lebih tua. "Plis deh kak, jangan ngedebatin masalah baterai ponsel, toh gue udah di sini."
Brian langsung bungkam. Iya sih, cuma gimana ya, dia kan ngerasa khawatir. Dipikir Faresh lagi kenapa-napa.
"Maaf kak." Faresh berucap pelan, memilih untuk mengalah karena sadar kalau dirinya juga salah. Brian menganggukkan kepala, entah Faresh minta maaf perihal ponsel atau hal lain.
Karena gak liat anggukan barusan, Faresh ngira lelaki tampan tersebut gak menanggapi ucapannya, ngebuat si manis berinisiatif untuk membuka percakapan kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Space [Changlix] ✔
Fanfic[SUDAH TERBIT] Di sisa libur semesteran, Faresha Sehan Narendra memutuskan untuk melamar pekerjaan sebagai seorang male nanny. Cukup sederhana, ia hanya perlu mengasuh balita sambil menunggu perkuliahan kembali berlangsung. Menemukan lowongan di sal...