Faresh duduk di teras kos, natap nanar kubah raksasa yang dihiasi bintang. Mungkin Letta ada di sana, menyamar menjadi salah satu yang bersinar paling terang.
Dengan telinga yang tersumpal earphone, seperti biasa Faresh sibuk termenung sembari menikmati suasana malam yang lebih sepi dari biasanya. Bilah mungil tersebut bergerak melantunkan lagu yang terputar, tentu tanpa suara karena Faresh tau jika suara beratnya bisa aja membangunkan penghuni kos yang lain.
Pamungkas – Kenangan Manis menemani penghujung hari Faresh yang penuh bintang.
"Tawa yang terlepas tanpa ada makna
Cerita lama yang selalu dibawa
Diam-diam hati ini mengerti
Teringat dan jadi ciri tentangmu, tentangmuTuk sementara, sampai berjumpa
Bersama-sama, bercanda lagi
Kenangan manis di hari ini
Jadi alasan untuk kembali."Malam ini sosok Letta memenuhi kepala Faresh. Si manis membiarkan semua kenangan mengalir gitu aja karena Faresh telah berjanji pada diri sendiri, berjanji bahwa sekarang adalah saat terakhir ia meratapi kepergian sang gadis. Gimana pun, kehidupan akan terus berjalan, kan?
Terlalu cepat, tanpa sadar lagu yang terputar telah selesai. Faresh menghembuskan nafas panjang sebelum akhirnya mendongkakkan kepala untuk terakhir kali, bangkit lalu kembali masuk ke dalam kamar kos.
Setelah malam ini, Faresh bertekad untuk memulai kisahnya lagi, hidup dalam bayang-bayang masa lalu itu melelahkan. Lagipula, meski sekilas tapi Faresh bisa merasakan sosok Letta yang tersenyum ke arahnya.
━━━━━━━━━ ✎ ━━━━━━━━━━
l i t t l e s p a c e
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━Faresh tengah beristirahat di kantin fakultas setelah kelasnyaa usai, dengan mie goreng di atas meja, kedua tangan si koala sibuk mengerjakan sesuatu yang berbeda. Tangan kanan menyendokkan mie ke dalam mulut sedangkan yang satunya scroll scroll grup whatsapp dengan para penghuni yang lagi sibuk membicarakan tugas dari dosen mereka.
Gak lama, lelaki manis tersebut lantas medongkakkan kepala dengan mie yang masih menjulur dari mulut ketika ngerasa seseorang datang lalu duduk di hadapan. Faresh langsung narik makanan masuk ke dalam mulut kemudian dikunyah cepat begitu ngeliat sosok Jidan yang masang wajah iba. Ini anak kenapa dah?
"Resh, gue-"
"Gue gak apa." Seolah tau apa yang akan diucapkan oleh si tupai, Faresh langsung menyela perkataan yang lebih tua. Sosok berfreckhles tersebut ngulas senyum tipis kemudian lanjut berkutat sama makanan di hadapan, mengabaikan Jidan yang keliatan ngehela nafas lega.
Ah ya, kemarin setelah pulang dari pemakaman, Faresh langsung cerita semuanya ke Jidan, bener-bener segala hal tentang Letta, ngebuat pemuda mungil tersebut masang ekspresi kaget selama beberapa menit.
Kalau aja kemarin momennya lagi gak mellow, dapat dipastikan akan ada sebuah benjol yang menghiasi kepala Faresh hari ini. Bener-bener dah tuh anak, bisa-bisanya merahasiakan hal yang begitu penting dari Jidan. Padahal kan si tupai udah terbuka banget ke Faresh selama ini.
"Terus Brian gimana?"
Bahu Faresh meluruh, remaja manis tersebut lantas naruh sendok di atas piring karena mie gorengnya udah abis. Sambil ngusap mulut menggunakan tissue yang disediakan oleh pihak kantin, Faresh natap tepat ke manik Jidan.
"Gue mau minta maaflah, kemarin gue salah, setan di pemakaman ngehasut gue." Dan setelahnya, lelaki kelahiran 15 September tersebut terkekeh pelan.
Jidan ngulas senyum lebar, menjulurkan tangan ke depan lalu nepuk pundak temennya. "Bagus lah kalau lo sadar."
━━━━━━━━━ ✎ ━━━━━━━━━━
l i t t l e s p a c e
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━Setelah jadwal kuliahnya hari ini udah selesai, Faresh langsung pergi ke apartemen Brian. Seperti yang dia ucapkan tadi siang, sekarang Faresh akan meminta maaf pada pemuda tersebut, lagipula kemarin dia lebay banget sampai isi acara dorong dorongan segala. Kalau diinget inget malu juga sih.
Ting tong!
Faresh nunggu dengan sabar, namun setelah beberapa menit berlalu, pintu di hadapannya gak kunjung terbuka. Bel lagi-lagi ditekan namun yang terjadi masih sama, gak ada sahutan dari dalam. Oke di titik ini Faresh tau kalau Brian lagi gak ada di apartemetnya.
Padahal dia punya nomor ponsel Brian tapi entah kenapa Faresh lebih memilih untuk duduk di depan pintu sambil nunggu yang lebih tua untuk datang. Pokoknya keputusan Faresh udah bulat, dia harus minta maaf apapun yang terjadi. Yah daripada gak bisa tidur karena kepikiran terus, mending ngegelandang dulu di sini.
━━━━━━━━━ ✎ ━━━━━━━━━━
l i t t l e s p a c e
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━Malam mulai menyapa dan gak ada tanda-tanda kemunculan dari pemilik muka datar yang udah dia asuh selama beberapa pekan belakangan. Mau gak mau, Faresh nyerah, lagipula perutnya udah keroncongan serta penampilan Faresh berubah kayak gembel, dia belum mandi ngomong-ngomong.
Dengan langkah lesu juga muka kusut, Faresh nyeret langkahnya buat nyari tukang ojek di pinggir jalan. Gak lama, pemuda berfreckhles tersebut berhasil sampai di kos dan disambut dengan tatapan 'ewh' dari Jidan.
"Lo abis darimana sih?" Jidan bertanya sambil rebahan di atas tempat tidur. Sebuah posisi legend yang sering dilakukan oleh si tupai.
"Apartemen Brian, tapi orangnya gak ada." Faresh menjawab seadanya, naruh tas sembarangan lalu jalan pelan ke arah kamar mandi.
Kening Jidan mengernyit, "Brian? Bukannya dia lagi pergi ke kantor cabang yang ada di luar kota? Kata Kak Reno, Brian bakal di sana selama tiga hari dan kemungkinan besar bakal menetap."
Tangan Faresh yang udah ada di gagang pintu seketika terhenti, dengan wajah yang bersungut, lelaki manis itu langsung membalikkan badan sambil melemparkan tatapan nyalang ke arah Jidan, "Kenapa lo baru bilang, bangsat?!"
Jidan cengengesan, "Gue lupa."
Oh ayolah, kalau aja Faresh gak lagi capek, udah bisa dipastikan sebuah bantal akan membekap wajah Jidan sampai tuh anak kehabisan nafas. Tuh tupai gak tau apa kalau Faresh capek nunggu selama berjam jam kayak orang ilang di depan apartemen Brian?
Ngulas senyum tabah, Faresh akhirnya memilih untuk masuk ke dalam kamar mandi, menanggalkan semua pakaian lalu membilas tubuh di bawah guyuran shower. Faresh masih bisa menangkap informasi penting yang Jidan berikan tadi, kemungkinan besar Brian bakal menetap. Itu artinya Faresh akan kesulitan untuk bertemu dengan lelaki tampan tersebut.
Kenapa rasanya, sedikit menyebalkan?
To Be Continue
Tertanda, 16/12/2020
Bee, boker sesi kedua
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Space [Changlix] ✔
Fiksi Penggemar[SUDAH TERBIT] Di sisa libur semesteran, Faresha Sehan Narendra memutuskan untuk melamar pekerjaan sebagai seorang male nanny. Cukup sederhana, ia hanya perlu mengasuh balita sambil menunggu perkuliahan kembali berlangsung. Menemukan lowongan di sal...