•••
Faresh bengong sambil nusuk nusuk roti sarapan make garpu. Pandangannya kosong, bener-bener gak mau memikirkan apapun untuk saat ini.
Brian yang sadar dengan keanehan Faresh kemudian menghabiskan kunyahan roti di dalam mulut sebelum beralih kepada si manis, "Lo kenapa Resh?"
Seolah disadarkan kembali, lelaki berfleckhles tersebut lantas ngangkat pandangan, natap ke arah Brian yang tengah duduk di hadapan. Faresh keliatan ngehela nafas singkat, tanpa basa basi, pemuda satu itu langsung mengatakan permintaan konyol yang mungkin akan ia sesali nanti.
"Kak, tolong izinin gue tinggal di sini, setidaknya sampai Jidan mendingan."
Ah ya, Faresh tentu udah cerita mengenai keadaannya sekarang dan Brian dapat memahami hal itu dengan baik. Yang lebih tua menganggukkan kepala, lanjut ngegigit roti dalam potongan lumayan besar.
"Tentu, kenapa gak?"
━━━━━━━━━ ✎ ━━━━━━━━━━
l i t t l e s p a c e
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━Di cafe, Jidan keliatan ngehela nafas untuk kesekian kalinya hari ini. Meski suasana hati masih gak baik tapi pemuda serupa tupai itu harus tetap mengulas senyum saat ada pelanggan yang datang.
Gak jarang Jidan akan kehilangan fokus lalu berakhir melakukan hal-hal konyol, kayak sekarang contohnya. Karena keasikan ngelamun, Jidan bahkan gak sadar kalau air yang dia rebus udah mendidih, cairan tersebut meluap luap bahkan sebagian udah mengalir keluar dari wadah.
Lelaki dengan pipi gembil itu mendadak panik, refleks ngambil ketel panas tadi dengan tangan kosong, "Aishh..."
Dan tentu aja telapak tangan halus itu langsung melepuh karena kena permukaan panas. Mengabaikan rasa perih yang mulai menjalar, Jidan segera mematikan api yang masih menyala sebelum akhirnya ngumpat pelan karena kesalahan yang udah dia lakuin.
"Ketel sialan, nyusahin aja."
Mau gak mau, Jidan harus izin sebentar ke Arkan untuk mengobati tangannya.
━━━━━━━━━ ✎ ━━━━━━━━━━
l i t t l e s p a c e
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━Kring!
Pintu cafe terbuka, menampilkan sosok yang bener-bener pengen Jidan hindari. Pandangan sontak tertunduk, pura-pura fokus sama pekerjaan di hadapan.
Di sisi lain, Reno nampak mengedarkan pandangan ke sekeliling café, lalu begitu manik tajamnya ngeliat Jidan yang tengah berdiri di belakang meja barista, pemuda satu itu segera menghampiri yang lebih muda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Space [Changlix] ✔
Fiksi Penggemar[SUDAH TERBIT] Di sisa libur semesteran, Faresha Sehan Narendra memutuskan untuk melamar pekerjaan sebagai seorang male nanny. Cukup sederhana, ia hanya perlu mengasuh balita sambil menunggu perkuliahan kembali berlangsung. Menemukan lowongan di sal...