Chapter 25 - Dua Pesan Yang Berbeda

4.3K 856 181
                                    

Kehidupan kembali berjalan. Hari ini Faresh udah memulai kegiatan sebagai mahasiswa, ya meski belum belajar efektif tapi tetap aja rasanya males buat dateng ke kampus, udah keenakan dapet libur panjang dia tuh.

Demi melepas penat sehabis terkurung di ruang kelas, Faresh kemudian jalan seorang diri menuju kantin fakultas, katanya sih Jidan udah nunggu di sana. Si tupai juga ada jadwal ngampus hari ini meski mata kuliahnya berbeda sama Faresh.

Sambil siul siul, Faresh asik memasukkan tangannya ke saku celana, jalan santai hingga akhirnya sosok berpipi gembil yang menyandang gelar sebagai temannya pun terlihat. Tanpa basa basi, Faresh langsung duduk di hadapan Jidan.

Dan ya, sekarang hubungan mereka jauh lebih baik, udah kembali kayak dulu lagi lah intinya. Bahkan kemarin Faresh ngebawa barang barangnya untuk pindah ke kos lagi, ninggalin Brian sendirian di apartemennya.

Untungnya semalam gak ada acara lebay lebayan, orang apartemen Brian sama kos Faresh letaknya lumayan deket. Kalau ada apa apa kan tinggal cus aja, belum sepuluh menit udah sampai.

Lalu untuk Jidan sama Reno, mereka sedikit...gimana ya? Jidan udah memantapkan hati buat move on dan nyuekin Reno, tapi pemuda tampan tersebut malah gencar mendekati dirinya. Tiap hari saat Jidan dapet shift kerja, entah gimana caranya Reno pasti bakal nongol di cafe. Namun semenjak perkuliahan kembali berlangsung, Jidan bisa sedikit menghindari Reno untuk sementara waktu karena lelaki manis tersebut udah mulai jarang kerja part time.

"Ji." Faresh memanggil karena yang lebih tua gak menyadari kehadirannya.

Jidan sedikit tersentak, untung aja ponsel yang dia pegang gak jatuh, "Bentar Resh bentar, nanggung nih."

Itu si Jidan lagi main game Zombie Smash, fokus banget bahkan mata bulatnya makin melotot. Faresh mengangguk acuh, ngebuka minuman yang dia bawa sejak tadi kemudian meneguknya habis.

Gak seberapa lama, Jidan senyum cerah lalu memasukkan ponsel ke dalam saku kemeja kotak kotak yang dia kenakan, menumpukan kedua tangan di atas meja kantin sembari mengalihkan perhatian sepenuhnya ke si koala.

"Oke, lo mau cerita apa?"

Jadi, tujuan mereka nangkring kayak gini gak lain dan gak bukan karena Faresh mau ngomong sesuatu. Bisa aja sih mereka ngomongnya pas udah sampai di kos, tapi kayaknya Faresh gak bisa menunda hal ini lebih jauh. Tadi aja pas di kelas dia udah kepikiran mulu.

"Ji, gimana menurut lo kalau gue naruh perasaan sama Brian?"

Jidan nampak terdiam dengan wajah blank, "Lah, bukannya kalian emang udah pacaran?"

Lelaki manis tersebut tergelak pelan, oh iya, dia lupa ngasih tau Jidan yang sebenarnya, "Gak Ji, waktu itu Brian cuma ngaku ngaku aja biar gue ada alasan nolak Reno."

Jidan membulatkan mata terkejut, ngeringis pelan karena ngerasa gak enak sama Faresh. Pas itu Jidan sempat mikir yang gak gak ke Faresh padahal tuh anak udah berusaha keras untuk ngejaga perasaannya.

"Maafin gue Resh."

Faresh mengedikkan bahu santai, "Gak apa, santai. Oke balik ke yang tadi, menurut lo gimana?"

Gimana apanya? Ya gak ada apa-apa.

"Gak apa, kenapa emangnya?"

Hela nafas terdengar dari bibir ranum tersebut, ekspresi wajah si cantik berubah suram. Jidan gak tau tentang Letta karena Faresh memang merahasiakan hal tersebut, jadi sekarang gimana caranya Faresh buat cerita?

"Gini loh Ji, gue masih ragu. Apa gak kecepetan buat gue suka sama Brian? Kita kan baru kenal beberapa hari doang. Dan gue juga takut kalau ini cuma perasaan nyaman doang, bukan hal lebih." Faresh nyerocos tanpa jeda, ngebuat Jidan masang muka bingung karena gak tau harus menanggapi seperti apa.

"Kenapa gak lo coba aja?"

Pundak Faresh meluruh, memilih untuk menelungkupkan kepala pada tangan yang bertumpu di atas meja.

"Gak segampang itu Ji."

Faresh dan kisah ngenesnya yang masih gagal move on.

━━━━━━━━━ ✎ ━━━━━━━━━━
l i t t l e  s p a c e
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Demi mengalihkan pikiran untuk sementara waktu, Faresh memutuskan untuk mampir ke perpustakaan kampus, ngebaca buku yang ada secara random, berharap supaya ada beberapa materi yang bisa nyangkut di kepala.

Jam lima sore dan Faresh mulai merenggangkan tubuh, oke ini udah sore, udah waktunya untuk balik ke kos. Setelah mengembalikan buku-buku yang dia pinjam ke tempatnya, lelaki manis tersebut segera pamitan sama penjaga perpus lalu melangkah keluar untuk mengenakan sepatu yang ia simpan di loker dekat pintu masuk.

Ngiket tali sepatu dengan benar karena gak mau ada insiden kesandung, Faresh mulai ngebawa langkahnya menjauh dari area perpustakaan. Tangan merogoh saku celana buat ngambil permen batangan lima ratusan yang sempat dia beli di kantin tadi.

Dengan sebelah pipi yang mengembung lucu, Faresh ngambil ponsel miliknya kemudian mematikan mode silent. Tepat setelahnya, satu pesan notifikasi masuk ke benda pipih tersebut. Langkah Faresh terhenti, itu chat dari Brian.

Kak Brian

Resh, ada waktu?

Bisa mampir ke apartemen gak?

Dengan cepat Faresh langsung membaca pesannya lalu mengetikkan balasan.

Faresha

Ada. Emangnya kenapa kak?

Kak Brian

Gue kangen

Senyum Faresh merekah, baru aja dia mau mengetik pesan balasan namun sebuah notifikasi yang muncul di bar status bagian atas layar mengalihkan atensi Faresh sepenuhnya.

Deret nama kontak yang udah dia simpan sejak lama seketika memenuhi pengelihatan si manis, lelaki mungil itu bahkan sampai ngucek mata beberapa kali guna memastikan apakah pengelihatannya bener atau gak.

Netra membulat sempurna dengan jantung yang berpacu cepat ketika nama kontak tersebut gak berubah sama sekali, menandakan jika pemuda satu itu gak halusinasi. Tubuh Faresh terasa membeku, lalu dengan terburu-buru, lelaki manis tersebut segera berlari menuju halte bis.

Dia harus pergi ke suatu tempat, sepenuhnya lupa dengan pesan Brian yang masih terabaikan. Peduli setan kalau Brian nanti bakal ngamuk ngamuk atau gajinya dipotong, yang menjadi prioritas Faresh sekarang adalah pergi ke salah satu rumah sakit dengan alamat yang telah tertera di layar ponsel.

Gak ada satu bayangan pun yang terlintas di kepala Faresh, mengenai alasan kenapa mama Letta kembali menghubunginya setelah beberapa tahun berlalu.

Gak ada satu bayangan pun yang terlintas di kepala Faresh, mengenai alasan kenapa mama Letta kembali menghubunginya setelah beberapa tahun berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To Be Continue

Mau nanya dong, kalian kalau lagi bosen sama sesuatu yang dulunya disuka, kalian bakal ngapain?

Tertanda, 13/12/2020

Bee, baju oversize yang terbaik 😌👍

Little Space [Changlix] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang