Chapter 32 - Kekhawatiran Yang Gak Perlu

3.9K 861 119
                                    

Faresh ketar ketir, dia baru sadar dan detik itu juga Faresh langsung khawatir setengah mampus. Gimana kalau Brian berubah ke mode little space tanpa dirinya? Apa Brian bisa mengatasi hal tersebut?

Duh, pengen gitu Faresh menyusul Brian tapi dia gak punya keberanian, lagipula gak mungkin juga kan si manis datang ke sana terus ngomong 'gue bakal ngelindungin lo kak.' Maaf aja tapi ini bukan dongeng pangeran berkuda putih.

Jadi dalam tiga hari ini Faresh mencoba menahan segala degup yang kadang datang tanpa diminta, Faresh bahkan bingung kenapa begitu mengkhawatirkan sosok yang notabenenya udah jadi pemuda dewasa, tentu Brian udah bisa ngejaga diri dengan baik terlepas dari sindrom yang dia idap.

Faresh tengah mengalaminya sekarang, kekhawatiran yang gak pelu.

Setelah kelas siang, Faresh langsung balik ke kos, ngeganti baju, makan dan mandi sebelum akhirnya pergi ke apartemen Brian. Kali ini si koala udah punya persiapan mantang. Dan yah seperti dugaan, jam tiga sore ini keadaan apartemen masih sama seperti saat terakhir ia berkunjung. Dingin, gak ada tanda-tanda kehidupan dari dalam sana.

Ingin rasanya menanyakan pasword kamar apartemen Brian tapi tentu gak akan sopan jika Faresh main masuk ke sana tanpa ada sang pemilik. Lagipula si manis kan cuma sebatas pengasuh, jadi dirinya gak punya hak untuk melakukan hal tersebut.

Faresh udah menyiapkan segalanya dengan baik, bahkan rencana mengenai apa yang akan ia lakuin selama nunggu. Dan pilihannya tentu aja- molor.

Dengan punggung yang disenderkan pada pintu serta kepala yang sedikit tertunduk, Faresh mulai memejamkan mata. Beruntung banget dirinya punya skill untuk bisa molor di situasi genting kayak gini.

━━━━━━━━━ ✎ ━━━━━━━━━━
l i t t l e  s p a c e
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Sore hari, langkah kaki terdengar di lorong apartemen yang Brian tempati, siapa lagi kalau bukan sosok pemilik kamar tersebut yang datang?

Sambil melonggarkan dasi yang terasa mencekik dari balik kemeja, Brian sibuk melipat lengan pakaian yang ia kenakan, lengkap dengan jas yang tersampir di pundak dan juga tas kerja di tangan kiri.

Ternyata menghadiri rapat secara langsung lebih melelahkan ketimbang meeting via online. Kalau dulu dia udah terbiasa dengan pekerjaan kayak gini, sekarang beda lagi ceritanya, kan Brian udah terbiasa jadi virtual assistent yang kerjaannya cuma duduk di rumah.

Rasa dingin dari guyuran air shower udah terbayang di kepala Brian, namun begitu langkahnya semakin dekat dengan pintu kamar, pemuda tampan tersebut akhirnya menyadari eksistensi seonggok daging manusia yang tergeletak di depan sana.

Dan daging manusia itu adalah seorang Faresha Sehan Narendra.

Dengan wajah kebingungan, Brian segera menghampiri yang lebih muda. Udah berapa lama Faresh di sini sampai bisa ketiduran dengan posisi yang keliatan gak nyaman?

"Faresh, kenapa lo di sini?" Brian bertanya sambil sibuk nendang-nendang pelan tungkai si koala menggunakan kakinya yang terbalut sepatu kulit

Faresh yang merasa terusik perlahan ngebuka mata, maniknya mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya medongkak guna ngeliat wajah seseorang yang tengah berdiri di hadapannya sekarang. Begitu sadar kalau sosok tersebut adalah Brian, tanpa ngelap iler terlebih dahulu, Faresh segera bangkit lalu meluk tubuh yang lebih pendek beberapa senti darinya itu.

"Gue khawatir sama lo, bangsat."

Faresh mulutnya ya.

Seolah mengerti, Brian langsung terkekeh lalu membalas pelukan dari si manis, "Gue pulang, Resh."

Little Space [Changlix] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang