Writer's block mulai menyerang, yorobun. Baru kemarin seneng udah sampai chapter tujuh belas. Eh abis itu ngetik chapter ini butuh perjuangan 😭
Gatau kenapa aku tu lagi kurang bagus moodnya buat nulis 😩
Yaudah lah, let's go. Met baca!
°°°
Ini pasti ada yang salah. Pasti. Soalnya Deby bertemu Yuta lagi. Nggak cuma bertemu, malah sekarang mereka berdua duduk bersebelahan di sebuah bengkel tak jauh dari kampus. Tapi sepertinya nggak mungkin juga semesta salah, sama saja menyalahkan Tuhan dong kalau begitu. Mana mungkin Yang Maha Agung melakukan kesalahan, bukan? Ini sih murni kebetulan saja. Kebetulan dia lagi apes dan kebetulan saja Yuta melintas dan kebetulan juga laki-laki itu sedang baik hati.
Eh, tapi nggak ada yang kebetulan juga kan?, Deby menyangkal dalam hati dengan kening berkerut.
Tapi.
Tapi Deby masih nggak habis pikir. Bagaimana bisa dia benar-benar bertemu Yuta, setelah dia tanpa maksud apa-apa mengatakan hal itu sendiri. She jinxed it. And she doesn't like it at all. Apalagi dalam kondisi yang membuatnya semakin kikuk pula.
Motor Deby yang mogok di parkiran Gelanggang nyaris satu jam yang lalu merupakan hal yang mengawali pertemuannya dengan Yuta sore itu. Lagi-lagi Yuta dan sore hari. Deby tak henti-hentinya memikirkan hal ini, ada apa sebenarnya dengan Yuta dan sore hari? Hampir setiap kali mereka bertemu pasti di sore hari.
Waktu serempetan di parkiran perpus? Sore. Waktu ketemu di kos Doyoung? Sore juga. Waktu Deby diantar pulang kos dari stadion? Sore juga. Dan sekarang, sore hari dimana Deby bayangkan akan dia habiskan di perpus justru dia habiskan di bengkel bersama Yuta. The very same man in question.
Kening Deby berkerut. Apakah cowok di sebelahnya ini ternyata justru titisan Tsukiyomi si Dewa Bulan, bukan Apollo si Dewa Matahari seperti yang dia kira sebelumnya? Soalnya bulan kan keluarnya sore hari menjelang malam, masuk akal dong dengan rentetan kejadian 'Yuta dan sore hari' yang sedang Deby analisis saat ini.
Andai dunia memang sefantasi itu.
Hehe, kalo Tsukiyomi cakep kek Yuta gitu mau lah muja dia, batin Deby ngaco. Eh, astaghfirullah Dab, gaboleh musyrik!
Diliriknya Yuta yang duduk di sampingnya dan tengah sibuk dengan hp setelah menolak tawaran Deby yang mengajaknya makan sebagai ucapan terimakasih. Well, kalau dipikir-pikir dia ingin menghilang saja karena dia nggak pikir panjang waktu menawari manusia itu makan. Apalagi ternyata Yuta menolak dengan alasan dia udah ada keperluan setelah ini. Tengsin? Jelas. Sedikit sih, tapi tetap saja.
Selain itu dia kesal. Kali ini bukan lagi kesal pada Yuta, meski Deby yakin dia perlu kesal padanya. Kekesalannya kali ini bersumber pada pertemuan tak terduga seperti ini. Kenapa dia malah sering ketemu Yuta sekarang? Bisa-bisa dia makin kagok dengan orangnya kalau kayak gini. Salah tingkah seperti menjadi menu utamanya jika bertemu Yuta.
Setelah membantu mendorong motor Deby ke bengkel, Yuta memang nggak langsung pulang. Entah apa alasan sebenarnya Yuta menungguinya, karena Deby yakin ada alasan selain 'jaga-jaga kalau Deby diculik'. Meski Deby nggak menolak untuk sekedar ditemani cowok itu, tak bisa dipungkiri juga kalau dia jadi was-was. Kuatir kalau-kalau kelepasan salah ngomong hal yang membuatnya semakin tengsin di hadapan Yuta.
KAMU SEDANG MEMBACA
COMPASS | Nakamoto Yuta
Fanfiction[start : 8 Juli 2020] Sebuah perjalanan dan cerita gila antara Debora dan mas-mas UKM bola. Ribut? Gausah ditanya. "Deb" "Hmm.." "Deb!" "Apasih?" "Woy nyet!" "Anj-lo kira gue beruk??" Yuta diam. Debora menatap heran. "Kenapa sih?" Yuta nyengir. "G...