Oiya, cerita ini bakalan lebih mendetail dari cerita "Compass" yang satunya.
Jadi bakal lebih banyak keseharian Deby dan orang-orang di sekelilingnya, bakalan ada juga chapter-chapter panjang yang isinya seolah sekedar filler aja. Apalagi kalo udah bagian tubir, bisa dipastikan dialogue-heavy. Karena menyingkat sebuah ketubiran itu ga seru 😜
Udah gitu aja.
Met baca!
°°°
Deby mengabaikan keributan di luar dan melanjutkan tujuannya membalas chat yang sempat tertunda. Namun sebentar kemudian dia mendongak saat mendengar ketukan di pintu kamarnya.
"Kak Deby? Gaada singa kan ya?"
Sang pemilik kamar hanya menghela napas saat mengenali suara itu, menunggu pintu yang didorong pelan dan menampakkan sesosok anak laki-lagi dengan tinggi badan nggak kira-kira. Deby menatapnya datar.
"TARAAAAA-aduh!" seruan cowok itu terpotong, tangannya mengusap tengkuk yang baru saja kena lempar kotak susu kosong.
"Lucas! Dibilang jangan ribut!" terdengar suara Kiki dari ruang TV.
Deby mendengus geli. "Sukurin lo!"
Laki-laki bernama Lucas itu manyun. Tapi nggak lama, setelah itu cengiran lebar kembali menghiasi wajahnya.
"Hebat kan gue ga nyasar pas kesini!" sombongnya sambil menepuk dada, mengingat dia suka salah belok kalau ke kos Deby dan itu pun siang hari saat masih terang benderang.
Sang pemilik kamar memutar bola mata suntuk, menatap sosok yang masih bersandar di bingkai pintu dengan sedikit membungkuk itu dengan malas. Alis Deby terangkat sebelah, "Ngapain kesini?"
"Idih, dingin banget sih kek abis masuk chiller!" sahut Lucas. "Nih!"
Deby terlambat menyadari kemana arah lemparan bungkusan kresek itu, yang sesaat kemudian mendarat tepat di bagian kakinya yang luka.
"Anj-sakit bego!" rutuk Deby yang seketika memegangi kakinya yang barusan tertimpa sesuatu yang cukup berat dan agak panas. Setelah dibuka ternyata berisi roti bakar, dan Deby langsung saja menggigit satu potong tanpa rasa segan. Maklum lapar, dari siang belum makan. Rejeki gaboleh ditolak, ye gak?
"Ada apa nih lo beliin roti bakar segala? Cepetan ngomong!"
Lucas malah mengambil gitar Deby dari standnya di dekat meja.
Ga ada angin ga ada ujan tau-tau baik biasanya ada maunya ni bocah, gadis itu masih mengarahkan matanya pada Lucas sambil tetap mengunyah. Makan urusan nomer satu.
Deby terus bertanya pada Lucas apa maunya ke main ke kos, apalagi sambil bawa mahar. Tapi yang ditanya tetap saja berkelit kalau dia hanya ingin main dan Deby nggak percaya sama sekali. Dia udah hapal kelakuan anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
COMPASS | Nakamoto Yuta
Fiksi Penggemar[start : 8 Juli 2020] Sebuah perjalanan dan cerita gila antara Debora dan mas-mas UKM bola. Ribut? Gausah ditanya. "Deb" "Hmm.." "Deb!" "Apasih?" "Woy nyet!" "Anj-lo kira gue beruk??" Yuta diam. Debora menatap heran. "Kenapa sih?" Yuta nyengir. "G...