Going Crazy

65 8 60
                                    

Alohaaa~

Byeol datang dengan chapter dari sisi Deby setelah kemarin ambil sudut pandang Yuta.

Enaknya digimanain ya, yang kemarin? 😏

Sambil nunggu Byeol mikir, mending baca chapter ini dulu.

Met baca!

°°°

"Anjir itu muka sepet amat. Abis nelen biji salak lo?"

Terdengar celetukan dari mulut Woojin saat Deby datang ke sekre membawa gitar yang dipinjamnya Jumat lalu.

Deby hanya melirik sekilas sambil menurunkan hardcase itu dari punggungnya. Woojin dan beberapa anak disana menatapnya heran saat nggak ada tanggapan lebih lanjut darinya. Padahal biasanya gadis itu langsung menyambar dengan balasan pedasnya atau seenggaknya menyuruh untuk diam.

"Lo ga beneran nelen biji salak trus ga bisa ngomong kan ya?" tanya Renata ngaco.

Anak-anak terkikik, khusus Woojin langsung ketawa paling keras. Deby meliriknya jengah.

"Doyan salak juga nggak," balas Deby singkat.

Datar.

Tanpa intonasi naik turun seperti biasanya yang membuat penghuni sekre siang itu semakin bingung. Pasalnya, terakhir mereka bertemu di hari Jumat, Deby masih bersikap biasa. Sekarang? Cewek itu bahkan nggak menggubris celotehan konyol di sekelilingnya.

"Ga panas gini," Lucas menggumam saat menempelkan punggung tangan kirinya ke jidat Deby. Setahu dia, Deby bakal super irit ngomong kalau sedang nggak enak badan atau moodnya sangat buruk. Tapi suhu tubuh Deby normal kali ini.

"Apasih," Deby menepis tangan Lucas dengan kalem.

Sebentar, sebentar.

Lucas menaikkan alisnya heran. Seorang Debora Lee kalem? Kayaknya ada apa-apa nih. Teorinya semakin menguat saat kakak tingkatnya itu hanya duduk diam di samping Woojin yang daritadi masih menatap gadis itu lekat.

"Udah selesai lo aransemennya?" Woojin tanya serius kali ini. "Udah lo rekam juga? Ato jadiin satu sama demo dari gue kemarin?"

Deby hanya mengangguk.

"Yang mana, oneng?" Woojin memutar bola mata.

"Tiga-tiganya," Deby meluruskan.

"Deb, ke kos gue yok," ajak Renata. "Gue pinjemin setrika. Itu muka lo kusut banget asli," lanjutnya saat Deby hanya mengangkat satu alisnya.

"Lo sakit gigi By?" Jackson terkekeh dengan pertanyaannya sendiri.

"Ga juga."

"Kak Deby," Lucas menyela. "Ayo makan. Gue curiga lo diem gegara laper nih."

Ada alasan lain dibalik ajakan Lucas sebenarnya. Haechan pernah bilang ke dia, kalau kakaknya itu lagi kayak gini kasih makan aja. Setengah bercanda sih, tapi nggak ada salahnya kan dicoba.

Deby menatap Lucas cukup lama dari balik lensa kacamatanya. Dia tahu Lucas sedang memasang strategi untuk bisa bertanya-tanya. "Males," ujar Deby kemudian.

Bocah yang tingginya nyaris dua meter itu berdecak. "Ck, ayo lah. Gue jajanin deh. Sekalian temenin ke Diana," pungkasnya dengan cengiran.

"Hilih palingan lo ntar ga jadi beli lagi cuma liat-liat aja!" sahut Deby cepat. Dia ingat waktu nyaris seminggu lalu Lucas mengajaknya ke toko musik, bocah itu hanya melihat-lihat sambil tanya harga.

COMPASS | Nakamoto YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang